Saham Bank Jago di Bursa Dijual Rp 2,3 Triliun, Siapa Pembelinya?
Transaksi saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) pada perdagangan Kamis ini (3/12), mengundang perhatian pelaku pasar. Harga saham bank umum kelompok usaha (BUKU) II ini melonjak 13,4%. Di pasar nonreguler, transaksi saham bank digital ini mencapai Rp 2,3 triliun.
Harga saham Bank Jago sempat melejit hingga Rp 3.500 per saham atau naik 16% dari hari sebelumnya Rp 2.910 per saham. Meski kemudian, harga saham bank yang semula bernama Bank Artos ini ditutup di level Rp 3.300 per saham atau naik 13,4% pada Kamis ini.
Padahal, dalam lima bulan terakhir, harga saham Bank Jago cenderung stagnan di kisaran Rp 2.900 - Rp 3.000 per saham. Adapun, volume transaksi harian di pasar reguler hari ini sebanyak 1,8 juta saham dengan nilai Rp 5,9 miliar. (Baca juga: Rumor dan Prospek di Balik Lonjakan Harga Saham Bank Jago Hampir 300%)
Yang menarik, ada transaksi bernilai jumbo di pasar nonreguler atau pasar negosiasi. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi saham ARTO di pasar nonreguler sebanyak 1,2 miliar saham atau sekitar 11% dari total saham bank tersebut. Adapun, nilai transaksinya sebesar Rp 2,3 triliun.
Berdasarkan data RTI, sekitar 97% dari total transaksi saham di pasar nonreguler itu melibatkan investor domestik. Adapun, broker pembeli terbesar saham bank ini adalah Trimegah Securities.
Sedangkan broker penjual terbesar adalah PT Erdikha Elit Sekuritas, yang merupakan salah satu penjamin emisi Bank Jago saat penawaran saham perdana ke publik (IPO) tahun 2016 silam.
Para pelaku pasar membisikkan, transaksi jumbo di pasar nonreguler itu merupakan pembelian saham Bank Jago oleh investor strategis karena jumlahnya mencapai lebih 10% saham. Pembelinya adalah investor domestik.
"Jika melihat broker penjualnya, kemungkinan saham bank yang dijual itu milik pemegang saham lama," katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (3/12).
Manajemen Bank Jago enggan mengomentari transaksi saham bernilai jumbo tersebut. Alasannya, transaksi jual-beli saham merupakan ranah pemegang saham.
"Kami tidak dalam posisi mengomentari aktivitas pemegang saham di market. Kami juga tidak memberikan komentar atas segala rumors yang beredar di kalangan pelaku pasar," kata Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun kepada Katadata.co.id, Kamis malam.
Pemegang saham Bank Jago
Pengendalian Bank Jago sebebarnya baru berpindah tangan tahun ini setelah keluarga Arto Hardy menjual mayoritas kepemilikan sahamnya. Pasca rampungnya penjualan saham baru Bank Jago pada April lalu, mayoritas saham dan pengendalinya berubah.
Bankir senior Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia memegang saham Bank Jago sebesar 37,65%. Selain itu, pendiri Northstar Pacific Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology Limited memiliki 13,35% saham.
Adapun, beberapa orang keluarga Arto Hardy masih mengempit saham bank tersebut dengan persentase kepemilikan tersebar satu digit. (Baca juga: Bank Jago Buka Peluang Kolaborasi dengan Go-Jek)
Pasca rights issue tersebut, masuk juga lima pihak pemegang saham Bank Jago yang merupakan perusahaan cangkang berkantor di luar negeri. Pertama, Jetway Wealth Management Limited di Sertus Chamber Gorvernors Square Suites #5-204 Kepualauan Caymand, sebanyak 7,59% saham.
Kedua, Lion Glory Pte Ltd di Singapura sebesar 6,48%. Ketiga, Qilora Investments (Cayman) Ltd yang menguasai 5,11%. Keempat, Akta Asset Limited di Kepulauan Caymand sebanyak 5,06%. Kelima, Ephesus United Corp di Kepulauan Virgin sebesar 5% saham.
Saat ini, Bank Jago sedang dalam proses penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Jumlah saham yang diterbitkan sebanyak tiga miliar saham.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, sebagian dana hasil rights issue akan digunakan untuk investasi di infrastruktur teknologi informasi. Ini bertujuan meningkatkan daya saing dan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan akibat pandemi corona.
Bank Jago memang berfokus menjadi bank berbasis teknologi dan berencana meluncurkan aplikasi perbankan digital.
Spekulasi Masuknya Gojek
Sejak Bank Jago diambil alih Jerry Ng dan Patrick Walujo akhir tahun lalu, Gojek santer disebut-sebut akan berkolaborasi maupun masuk ke bank digital tersebut. Ini karena faktor kedekatan Jerry dan Patrick dengan para pendiri dan pimpinan Gojek. Patrick melalui Northstar juga merupakan salah satu investor awal Gojek.
Sejak awal tahun lalu, Gojek memang semakin serius menggarap bisnis keuangan melalui layanan keuangan Gopay. “Sekaranglah evolusi Gopay dan layanan keuangan,” kata pendiri Gojek Nadiem Makarim, yang kini menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saat mengumumkan logo baru Gojek pada pertengahan tahun lalu (22/7/2019).
(Baca juga: Gojek Rombak Jajaran Pimpinan untuk Perkuat Bisnis Finansial dan GoPay)
Decacorn itu pun didukung oleh Facebook dan PayPal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, yang berfokus pada layanan keuangan. Keduanya terlibat dalam putaran pendanaan seri F Gojek pada awal tahun ini.
Yang terbaru, pada bulan November lalu, Gojek melakukan perombakan jajaran pimpinannya untuk memperkuat bisnis keuangannya. Aldi Haryopratomo akan mundur dari posisi CEO GoPay per Januari 2021.
Sedangkan Co-CEO yakni Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo akan berbagi tugas. Kevin akan berfokus memimpin layanan Gojek, sementara Andre mengomando lini bisnis pembayaran digital dan finansial.
Hingga berita ini ditulis, manajemen Gojek belum berkomentar perihal kabar masuknya decacorn tersebut ke Bank Jago. Termasuk juga spekualsi keterlibatn Gojek dalam transaksi pembelian saham Bank Jago melalui transaksi di BEI pada Kamis ini.
Kabar masuknya Gojek ke Bank Jago sebenarnya sudah pernah ditanggapi oleh manajemen bank tersebut. Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar pernah mengatakan, terbuka untuk berkolaborasi dengan pelaku ekosistem digital, termasuk perusahaan rintisan atau startup.
"Kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan semua ekosistem, baik besar atau kecil, bahkan dengan startup kalau memang memiliki nilai yang sangat cocok dengan konsumen kami," katanya, 9 Juli lalu.
Untuk itu, Bank Jago tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan startup besar seperti Go-Jek. Dalam melayani ekosistem digital, Bank Jago menargetkan kolaborasi dengan berbagai platform, mulai dari e-commerce, aplikasi penyedia jasa transportasi, industri perjalanan, online shop, hiburan, hingga pembayaran digital dan fintech lending.