Bisnis Data Bikin Indosat Kantongi Laba Bersih Rp 172 Miliar Kuartal I
PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan laba bersih senilai Rp 172,15 miliar pada triwulan I-2021. Raihan laba bersih tersebut berbalik dibanding kinerja Indosat pada periode yang sama tahun lalu yang mengalami kerugian Rp 605,61 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan pada Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penyokong laba bersih terbesar berasal dari pendapatan bisnis data yang melesat 21,22% dari Rp 5,37 triliun pada triwulan I 2020 menjadi Rp 6,04 triliun pada triwulan pertama tahun ini. Bisnis data mendorong kinerja pendapatan seluler naik 12,55% menjadi Rp 6,04 triliun dari semula Rp 5,37 triliun.
Bisnis lain yang juga menyumbang pendapatan Indosat pada tiga bulan pertama tahun ini yaitu, bisnis multimedia, komunikasi data, dan internet (MIDI) senilai Rp 1,16 triliun. Angka tersebut naik 15,79% dari Rp 1 triliun.
Alhasil, total pendapatan Indosat mencapai Rp 7,34 triliun atau mengalami pertumbuhan hingga 12,6% dibandingkan raihan periode yang sama tahun lalu Rp 6,52 triliun.
Meski pendapatan Indosat naik, jumlah beban biaya juga ikut terkerek. Pada triwulan I-2021, beban Indosat tercatat Rp 6,41 triliun sedangkan periode sama tahun lalu Rp 6,32 triliun yang artinya mengalami kenaikan 1,41%.
Berdasarkan laporan keuangan, jumlah aset Indosat per akhir Maret 2021 mencapai Rp 62,89 triliun atau naik tipis dari Desember 2020 Rp 62,77 triliun. Jumlah aset lancar perusahaan per Maret 2021 senilai Rp 10,56 triliun sedangkan aset tidak lancar Rp 52,32 triliun.
Di sisi lain, liabilitas Indosat menurun, dari Rp 49,86 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp 49,74 triliun pada akhir Maret 2021. Jumlah itu terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 22,83 triliun dan jangka panjang Rp 26,91 triliun.
Jika dibandingkan dengan pesaingnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL), laba bersih Indosat memang lebih kecil. Namun, laba bersih XL Axiata yang senilai Rp 320,51 miliar pada kuartal I 2021, merosot hingga 78,91% dibanding raihan keuntungan bersih periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,51 triliun.
Salah satu penyebab laba bersih XL Axiata terlihat menurun, karena tahun lalu perusahaan mendapat keuntungan besar dari transaksi penjualan menara, sedangkan tahun ini tidak ada transaksi sejenis.