Usai Jual Bank Permata, Astra Lirik Peluang Bisnis Bank Digital
PT Astra International Tbk (ASII) mengaku masih membuka peluang untuk kembali masuk ke bisnis perbankan di tengah transformasi ke arah bank digital. Pernyataan ini disampaikan setelah perusahaan menjual seluruh saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) miliknya pada tahun lalu.
"Astra tidak pernah tertutup untuk berbagai peluang, untuk bisa ke bisnis ini (bank) yang terus berkembang dan sustainable dalam jangka panjang," kata Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti dalam Workshop Wartawan Pasar Modal Group Astra secara virtual, Selasa (25/5).
Tira mengatakan, salah satu kajian dan pertimbangan Astra untuk masuk kembali ke industri perbankan adalah berkembangnya bank digital. Menurutnya, bank digital menarik karena masyarakat mulai beralih ke layanan digital sehingga fungsi kantor cabang bank semakin berkurang atau terjadi efisiensi.
Meski begitu, Tira enggan menyampaikan lebih rinci soal rencana kembalinya Astra ke bisnis perbankan untuk saat ini. Ia menjelaskan, Astra selalu mengkaji dan meninjau dari waktu ke waktu karena strategi bisnis bukan sesuatu yang sifatnya pasti.
"Saya tidak bisa menjawab tentunya karena ini hal yang terus kita dikaji, di tengah banyak orang bicara soal bank digital. Ini adalah sesuatu yang dipelajari di Astra," kata Tira.
Intinya, menurut dia, strategi bisnis yang dijalankan Astra menyesuaikan dinamika perekonomian dan kondisi industri. Tim yang ditugaskan untuk mengkaji strategi bisnis Astra ini, dari waktu ke waktu memberikan masukan kepada manajemen untuk melihat arah strategi ke depan.
Tahun lalu, Bank Permata resmi dimiliki oleh Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) melalui transaksi di pasar non-reguler. Harga belinya Rp 1.346,97 per saham atau nilai transaksi mencapai Rp 33 triliun.
PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank menjual kepemilikan sahamnya di Bank Permata. Sebelum transaksi masing-masing memiliki 12,49 miliar saham atau setara dengan 44,56% dari seluruh saham. Dengan transaksi tersebut, Astra dan Standard Chartered Bank, masing-masing mengantongi Rp 16,83 triliun dari penjualan tersebut.
Bisnis Jasa Keuangan Sasar Segmen Retail
Ia mengatakan, untuk bisnis jasa keuangan secara umum, saat ini Astra fokus untuk menggarap segmen retail. Astra diketahui memiliki sejumlah anak perusahaan di sektor keuangan seperti perusahaan pembiayaan, asuransi, serta fintech.
Pada bidang pembiayaan Astra memiliki Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Financial Services (TAFS) untuk pembiayaan kendaraan roda empat, serta Federal International Finance (FIF) untuk pembiayaan sepeda motor.
Kemudian di bidang asuransi ada Asuransi Astra Buana (AAB) yang berbisnis asuransi umum/kerugian, dan asuransi jiwa melalui Astra Life. Selain itu juga ada perusahaan fintech melalui Astra WeLab Digital Arta (AWDA), yang merupakan perusahaan patungan Astra dengan fintech asal Tiongkok WeLab.