Pungutan Ekspor Sawit Bikin Laba Astra Agro Kuartal I Anjlok 56%
Kebijakan pemerintah menaikkan pungutan ekspor sawit alias progressive levy pada Desember 2020 dianggap menjadi penyebab laba bersih PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merosot hingga 56,22% pada kuartal I 2021.
Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih Astra Agro Lestari pada kuartal I 2021 tercatat Rp 162,43 miliar atau anjlok hingga 56,22% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 371,06 miliar. Padahal, perseroan mengoleksi pendapatan senilai Rp 5,03 triliun atau naik 4,98% dari Rp 4,79 triliun.
Sekretaris Perusahaan Astra Agro Lestari Mario Casimirus Surung Gultom mengatakan, retribusi pada tahun lalu hanya US$ 55 per ton. "Tetapi dengan adanya levy progresif pada akhir 2020, sehingga kalau dihitung dari harga CIF Rotterdam, dipotong 30%-40% untuk levy," katanya dalam workshop secara virtual, Kamis (27/5).
Mario menjelaskan, per 10 desember 2020, pemerintah memberlakukan retribusi untuk ekspor Crude Palm Oil (CPO) secara progresif, di mana setiap kenaikan 25% ada kenaikan retribusi sebesar US$ 15 per ton.
Kinerja Astra Agro Lestari pada tiga bulan pertama yang melorot tahun ini juga dipengaruhi oleh faktor lindung nilai atau hedging. Namun, Mario optimistis kinerja perusahaan pada semester II-2021 karena lindung nilai ini sudah berakhir.
Optimisme pada paruh kedua tahun ini juga datang dari kenaikan harga CPO, meski perusahaan tidak bisa memprediksi pergerakan harga. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, harga CPO tengah melambung di kisaran 4.700-4.800 ringgit Malaysia.
"Kami harap di semester II-2021 akan lebih baik dari semester I. Kalau harga kami tidak bisa prediksi, memang saat ini sedang tinggi walau minggu terakhir ini mulai turun," kata Tomi.
Ia mengatakan, saat ini isu utamanya adalah masalah permintaan dan suplai. Astra Agro Lestari belum melihat ada tanda-tanda bahwa suplai akan meningkat. Terlebih ada kemungkinan di triwulan IV-2021 terjadi pemetikan tanaman sehingga mungkin harga CPO akan turun.