Multipolar Tetap Akan Buyback meski Harga Sahamnya Naik 600%, Mengapa?
PT Multipolar Tbk (MLPL) tetap akan melakukan pembelian kembali (buyback) 10% atau 1,46 miliar saham perusahaan. Padahal, harga saham perusahaan afiliasi Grup Lippo ini telah melambung hingga 618% dalam kurun waktu tiga bulan.
Hal ini diungkapkan manajemen Multipolar sebagai penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Otoritas mempertanyakan alasan perusahaan tetap akan melakukan buyback pada harga yang tinggi. Terlebih rencana itu menimbulkan pengeluaran kas yang seharusnya dapat digunakan untuk pengembangan usaha.
Direktur Multipolar Agus Arismunandar mengatakan perusahaan memandang harga sahamnya saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja perusahaan yang sesungguhnya.
"Kami juga melihat program ini dapat membantu menaikkan likuiditas perdagangan saham di bursa," ujar Agus dalam keterangan tertulisnya.
Buyback akan dilakukan paling lambat 18 bulan setelah perusahaan memperoleh persetujuan pemegang saham yang akan dilakukan pada 21 Juli 2021 sampai 20 Januari 2022.
BEI menghentikan sementara saham MLPL di pasar reguler dan pasar tunai sejak 8 Juni 2021 lalu hingga saat ini. Suspensi dilakukan karena peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
Harga saham MLPL melonjak dari Rp 89 pada tiga bulan lalu menjadi Rp 220 sebulan lalu, hingga akhirnya bertengger ke level Rp 675 per saham sampai 8 Juni lalu.
Berdasarkan laporan bulanan registrasi efek per 30 April 2021, jumlah pemegang saham publik Multipolar melonjak menjadi 14.653 pihak dari 9.055 pihak pada 31 Maret 2021.
Terkait kenaikan harga saham yang signifikan, Multipolar menyampaikan hal itu dipengaruhi oleh dampak positif dari program vaksinasi pemerintah yang membuat ekonomi nasional membaik.
Manuver Transaksi Saham
Sebelumnya, Pemegang saham pengendali PT Inti Anugerah Pratama (IAP) telah mengalihkan 7,2% atau 1,05 miliar saham PT Multipolar Tbk kepada Connery Asia Limited. Harga penjualan saham pada 7 Juni 2021 itu tercatat Rp 555 per saham, sehingga Inti Anugerah mengantongi dana Rp582,75 miliar.
Aksi divestasi itu menyebabkan kepemilikan saham IAP menyusut dari semula 73,64% atau 10,78 miliar saham menjadi 66,46% atau 9,73 miliar. Sementara itu, kepemilikan Connery meningkat dari 4,4% atau 650 juta saham menjadi 11,61% atau 1,7 miliar saham.
Belakangan diketahui bahwa itu hanya transaksi terafiliasi antara anak dan induk usaha. Pasalnya, Connery Asia merupakan anak usaha yang 100% dimiliki IAP.
Berdasarkan struktur kepemilikan, Inti Anugerah Pratama (IAP) dimiliki 60% oleh PT Trijaya Utama Mandiri, dan 40% Fullerton Capital Limited. Trijaya Utama Mandiri dimiliki seluruhnya oleh James Tjahaja Riady, mantan CEO Grup Lippo. Di sisi lain, Fullerton dimiliki 100% oleh Stephen Riady yang juga keluarga Grup Lippo.
Multipolar berencana menggunakan dana hasil divestasi untuk berinvestasi pada portofolio bisnis milik perusahaan saat ini, dan bisnis yang yang menjanjikan. Selain itu, untuk modal kerja dan biaya-biaya operasional lain.
Perusahaan juga akan melakukan transformasi portofolio bisnis yang berorientasi pada masa depan di bidang teknologi dan digital. Namun, dia enggan menyebutkan perubahan yang akan terjadi.
Ke depan, Agus menyampaikan, Multipolar juga akan mencari peluang divestasi untuk memonetisasi investasi-investasi yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya, untuk meningkatkan nilai pemegang saham.
Beberapa pertimbangan divestasi antara lain, prospek dari industri dan kinerja portofolio atau aset yang dimiliki, valuasi divestasi, dan profil dari calon pembeli dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada portofolio bisnis. Selain itu, struktur transaksi divestasi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap transaksi divestasi.