Erick Thohir Minta KEK Sei Mangkei Belajar dari Kawasan Batang
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berharap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara (Sumut) bisa bersaing secara positif dengan KEK di daerah lainnya. Bahkan, bisa bersinergi dalam meningkatkan dan mendukung perekonomian nasional.
"Manajemen KEK Sei Mangkei juga bisa belajar dari Kawasan Industri Batang (KIB) yang telah berhasil menggandeng banyak investor dalam waktu singkat," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (1/7).
Dia juga meminta PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) sebagai pengelola KEK Sei Mangkei untuk mendorong investasi murah kawasan. Salah satunya menjadikan tanah-tanah di sekitar kawasan KEK sebagai investasi yang murah bagi pengusaha yang akan membangun pabrik.
Menurut dia, sejak dulu Sumut dikenal sebagai kawasan dengan sumber daya alam melimpah. Untuk itu
Erick menilai pentingnya melakukan hilirisasi, sehingga berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar KEK Sei Mangkei.
"Saya juga melihat beberapa pabrik yang ada di KEK Sei Mangkei bisa meningkatkan ekonomi dan
membuka lapangan kerja,” kata Erick.
KEK Sei Mangkei diharapkan mampu mengundang investor untuk menanamkan investasinya guna meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan kerja. Di mana, pengembangan kawasan industri tidak sebatas berorientasi pada perusahaan properti, melainkan juga bersaing dengan KEK di daerah lainnya.
“Seperti arahan Presiden, kawasan harus segera dikembangkan dan bisa digunakan investasi oleh partner-partner, sehingga kawasan industri ini cepat jadi,” kata Erick saat berkunjung ke KEI Sei Mangkei, Provinsi Sumatera Utara, Jumat (25/6).
Dalam kunjungan tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir bersama Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah didampingi Dirut Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani.
KEK Sei Mangkei merupakan KEK pertama di Indonesia yang diresmikan Presiden dan beroperasi di 27 Januari 2015. Berlokasi di Provinsi Sumatera Utara, KEK memiliki kegiatan utama industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet, pariwisata dan logistik.
Erick menambahkan, pengelola KEK Sei Mangkei dapat mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam di wilayah Sumut agar menjadi investasi yang terjangkau bagi masyarakat sekitar. Untuk itu, keberadaan KEK Sei Mangkei diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan ekonomi dan membuka lapangan kerja.
KEK Sei Mangkei memiliki luas 1.933,8 hektare (ha) yang terdiri dari industri hilir kelapa sawit, industri hilir karet, dan aneka industri lainnya. Fokus pengembangan zona industri di KEK Sei Mangkei adalah Hilirisasi komoditi Kelapa Sawit dan Karet.
Adapun konsep pengembangan energi di KEK Sei Mangkei mengutamakan energi baru terbarukan
(renewable energy) dan mengembangkan Green Economic Zone (Zona Ekonomi Hijau).
Kementerian Perindustrian juga telah membangun fasilitas dry port, tank farm dan pusat innovasi. Sedangkan untuk distribusi suplai listrik, gas, serta jaringan telekomunikasi guna mendukung kegiatan investasi di KEK Sei Mangkei, PTPN III turut bekerjasama dengan PLN, Pertagas dan Telkomsel. Untuk pengelolaan air bersih dan air limbah menjadi fasilitas yang telah dipersiapkan dan dibangun oleh PTPN III.
PTPN III telah menjalin kerjasama dengan mitra strategis untuk mengembangkan pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan. Mitra strategis tersebut diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) berkapasitas 2 Megawatt (MW) dari hasil pemanfaatan limbah cair kelapa sawit (POME), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 2 MW.
Program tersebut juga mendukung upaya pemerintah dalam mengoptimalkan potensi renewable energy nasional dan menarik minat investor menanamkan investasinya di KEK Sei Mangkei.
Selain PLTS dan PLTBg, terdapat beberapa calon mitra strategis yang siap bekerjasama dengan PTPN Group dalam mengembangkan Bio-Compressed Natural Gas (Bio-CNG) dari POME untuk disuplai ke tenant di KEK Sei Mangkei serta terdapat calon investor yang akan berinvestasi dalam Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) berkapasitas 1 x 15 MW dan pengoperasian PLTBm berkapasitas 2 x 3,5 MW.
Sejumlah perusahaan terkemuka baik asing maupun domestik telah menanamkan investasi ke KEK Sei Mangkei, yakni PT Unilever Oleochemical Indonesia, PT Industri Nabati Lestasi, PT Delamere Estates Indonesia, PT All Cosmos Biotek, dan PT Aice Sumatera industri. Selain itu, ada juga investor dalam penyediaan infrastruktur pendukung, antara lain PT PLN, PT Pertamina Power Indonesia, dan PT Pertamina Gas.
Beberapa investor yang sedang proses penjajakan kerjasama untuk mengembangkan pabrik di Sei Mangkei diantaranya adalah PT Unilever Oleochemical Indonesia yang akan melakukan ekspansi pabriknya diatas lahan tambahan seluas 9 ha dan investor baru yakni PT KKB SMET, Alliance, PT NHL dan beberapa investor dari India, Korea, Malaysia, China, Taiwan dan Inggris yang diharapkan akan
memulai investasinya di KEK Sei Mangkei dalam waktu dekat.
PTPN III merupakan perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan dan menjadi pemegang saham mayoritas 13 perusahaan perkebunan yakni PTPN I sampai dengan PTPN XIV. Begitu juga perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) dan perusahaan di bidang pengembangan Human Capital yaitu PT LPP Agro Nusantara.
Saat ini PTPN III secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan. Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing.
Berdasarkan data per 30 Juni 2020, areal tanaman PTPN III (Persero) dan Anak Perusahaan didominasi oleh tanaman kelapa sawit seluas 552.888 ha, tanaman karet seluas 154.737 ha, teh 30.279 ha serta areal tebu sendiri seluas 53.946 ha. Perseroan saat ini tengah melakukan upaya-upaya transformasi bisnis baik di sektor budidaya tanaman perkebunan (on farm), pengolahan tanaman perkebunan (off farm) serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas dan efisiensi bisnis.