Mandiri Sekuritas Jajaki IPO Jumbo Sektor Konsumer, Telko, dan Energi
PT Mandiri Sekuritas bersiap membawa sejumlah perusahaan untuk melantai di bursa saham melalui skema penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dengan nilai jumbo. Calon emiten yang tengah bersiap IPO berasal dari sektor konsumer, telekomunikasi, dan juga energi.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim menyampaikan perusahaan yang akan go public tak hanya berbentuk perusahaan swasta, tetapi juga ada yang berasal dari badan usaha milik negara (BUMN). Menurut dia, nilai emisi dalam penawaran saham ini bernilai jumbo, meski tak menyebut secara rinci nominal target perolehan dananya.
"Emiten yang IPO ada dua, dari swasta dan BUMN. Size-nya belum bisa disampaikan detail, tapi ini IPO besar, bukan yang jumlahnya kecil," kata Silva dalam paparan kinerja secara virtual, Rabu (21/7).
Perusahaan-perusahaan tersebut kemungkinan melantai di pasar modal pada semester II 2021 sampai Januari 2022. "Kami belum tahu mana yang duluan IPO, apakah timing-nya masuk di semester II 2021 ini atau Januari 2022. Jadi kami tidak bisa terlalu spesifikasi sektornya," kata Silva menambahkan.
Mandiri Sekuritas diketahui sedang memproses masuknya unicorn pertama ke pasar modal Indonesia, yaitu PT Bukalapak.com. Saat ini, perusahaan yang ingin memiliki kode saham BUKA tersebut sudah menyelesaikan masa awal penawaran. Targetnya, IPO bisa terlaksana pada 6 Agustus 2021 mendatang.
Sejak awal 2021, Mandiri Sekuritas telah menjadi penjamin pelaksana emisi efek pada IPO PT Archi Indonesia Tbk. IPO perusahaan milik Peter Sondakh tersebut terlaksana pada 28 Juni 2021 lalu.
Kedua IPO, di mana Mandiri Sekuritas bertindak sebagai pelaksana emisi efek tersebut, terhitung sebagai IPO jumbo. Archi Indonesia IPO dengan meraup dana hingga Rp 2,79 triliun. Sedangkan Bukalapak, berpotensi bisa meraup hingga Rp 21,9 triliun, menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.
IPO Emiten Teknologi Tarik Minat Investor
Di tengah kabar ketertarikan perusahaan teknologi besar yang siap IPO di Bursa, Silva mengatakan, Mandiri Sekuritas melakukan analisis mendalam terkait perusahaan teknologi agar bisa memilih dengan baik untuk ikut membantu perusahaan tersebut IPO atau tidak.
IPO dengan kapasitas jumbo, baik dari perusahaan teknologi ataupun bukan, diharapkan bisa menarik minat investor asing di Indonesia. "Seperti kita tahu, investor asing ini tidak improve dari pasar saham di Indonesia," kata Silva.
Untuk IPO perusahaan teknologi, Silva menilai bisa membuat minat investor di pasar modal bertambah. Pasalnya, sebelum ada IPO dari Bukalapak dan kabar IPO unicorn lainnya, penambahan jumlah investor di pasar modal sudah tinggi.
"Tentunya saham-saham teknologi menjadi salah satu yang membuat investor melihat ke pasar modal Indonesia," kata Silva menambahkan.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mendorong setidaknya 10-15 BUMN dan anak perusahaan BUMN untuk bisa melakukan IPO sebagai bagian dari transformasi. Dalam paparan, Erick mencantumkan setidaknya ada 9 BUMN dan anak BUMN yang akan IPO.
Seperti 4 anak usaha Pertamina, yaitu Pertamina Integrated Marine Logistic, Pertamina Geothermal Energy, Pertamina Hulu, dan Pertamina Hilir. Lalu, anak usaha Pertamina di sektor kesehatan yang merupakan holding rumah sakit yaitu Indonesia Health Care (IHC) Pertamedika juga diarahkan untuk IPO.
BUMN lainnya yang diarahkan untuk IPO adalah Link Aja dan Pupuk Kalimantan Timur. Lalu, dua anak usaha Telkom yaitu Mitratel dan Telkom Data Center juga didorong untuk mengikuti jejak induknya yang sudah IPO terlebih dahulu.