Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) Suntik Modal Anak Usaha Rp 117 Miliar
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) menyuntikkan modal disetor kepada anak usahanya, PT Taman Impian Jaya Ancol sebesar Rp 117,93 miliar.
Taman Impian Jaya Ancol merupakan entitas anak Pembangunan Jaya Ancol dengan jumlah kepemilikan 99,99% saham. Selain itu, PJAA juga memiliki beberapa anak usaha antara lain, PT Jaya Ancol, PT Sarana Tirta Utama, dan PT Seabreez Indonesia.
"Kami melaporkan bahwa pada tanggal 27 Agustus 2021 telah dilaksanakan peningkatan modal disetor PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk ke PT Taman Impian Jaya Ancol sebesar Rp 117.936.820.000," ujar Sekretaris Perusahaan Pembangunan Jaya Ancol Agung Praptono dalam keterangan tertulis di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (30/8).
Berdasarkan struktur organisasi, Pembangunan Jaya Ancol merupakan perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan porsi 72% saham, sisanya PT Pembangunan Jaya 18,01% dan publik 9,99%.
Menurut laporan perusahaan, jumlah kunjungan sepanjang 2020 merosot drastis. Jumlah kunjungan ke Beachpark turun 76,17% dari 18,94 juta pengunjung menjadi hanya 4,5 juta pengunjung. Penurunan kunjungan paling besar terjadi pada arena Atlantis Water Adventure, yakni hingga 83,24% dari 972 ribu orang menjadi 163 ribu orang.
Jumlah kunjungan ke Sea World menurun 76,35% dari 1,16 juta orang menjadi hanya 275 ribu. Arena Ocean Dream Samudra juga mengalami penurunan jumlah pengunjung 76,25%, dari 1,19 juta orang menjadi 284 ribu orang. Terakhir, divisi usaha Dunia Fantasi (Dufan) mengalami penurunan kunjungan 72,43%, dari semula 2,48 juta pengunjung menjadi hanya 685 ribu pengunjung.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan usaha Pembangunan Jaya Ancol pada Juni 2021 tercatat Rp 210,87 miliar atau menyusut 17% dari Rp 254,2 miliar pada Juni 2020. Beban pokok pendapatan dan beban langsung juga menurun 39,4% menjadi Rp 140,98 miliar dari semula Rp 232,61 miliar.
Dengan demikian, laba bruto naik signifikan 223% menjadi Rp 69,88 miliar dari sebelumnya Rp 21,6 miliar. Total beban usaha Rp 91,08 miliar menurun 20,9% dari Rp 114,94 miliar. Maka itu, perusahaan mengalami rugi usaha Rp 21,2 miliar menyusut 77% dari rugi Rp 93,34 miliar. Alhasil perusahaan mengalami rugi bersih Rp 95,19 miliar atau menyusut 35% dari sebelumnya rugi bersih Rp 146,69 miliar.