Sampoerna Agro Proyeksi Produksi Tumbuh Maksimal 19% Tahun ini
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) memperkirakan volume produksi tanda buah segar kelapa sawit pada 2021 bisa tumbuh sekitar 16-19% dibanding volume pada 2020 lalu sebesar 1,66 juta ton. Target produksi Sampoerna Agro tersebut dipengaruhi oleh dua kondisi yaitu, cuaca dan pandemi Covid-19.
"Untuk produksi TBS, kami masih lihat secara total tahunan akan tumbuh, mungkin sekitar 16-19%. Kami masih optimis bisa tumbuh dengan melihat kondisi cuaca masih baik dan kondisi pandemi yang bisa dikontrol," kata Direktur Keuangan Sampoerna Agro Heri Harjanto dalam paparan publik, Jumat (10/9).
Dari sisi penjualan dan laba bersih pada semester II-2021 ini, manajemen Sampoerna Agro yakin bisa mempertahankan pencapaian pada semester I-2021. Pada paruh pertama, penjualan Sampoerna Agro mencapai Rp 2,66 triliun atau tumbuh 66,41%. Sedangkan laba bersih Rp 386,86 miliar, tumbuh signifikan hingga 39.741% secara tahunan.
Heri mengatakan, secara makro, masih ada peluang untuk kenaikan harga jual minyak kelapa sawit mentah. Selain itu, ada pemulihan produksi yang terjadi di Indonesia dan Malaysia meski masih terbatas akibat lockdown.
"Jadi dengan dua indikator ini, kami masih lihat bahwa harga mengalami kenaikan secara makro," ujar Heri.
Dari sisi internal perusahaan, beberapa upaya intensifikasi akan tetap dilakukan oleh Sampoerna Agro sehingga volume produksi bisa meningkat. Meski begitu, sejumlah komponen biaya produksi akan lebih tinggi pada semester I-2021 ini. "Secara overall, kami yakin bahwa kinerja kami di 2021 jauh lebih baik dibanding 2020," kata Heri.
Sampoerna Agro mengaku masih meninjau dan tengah melakukan penganggaran untuk peningkatan kapasitas pabrik. Meski begitu, sejauh ini masih ada ruang produksi pada kapasitas pabrik saat ini meski nantinya produksi minyak sawit meningkat.
Kajian yang dilakukan manajemen Sampoerna Agro juga terkait hilirisasi produk sawit dalam bentuk refinery atau biodiesel dengan pertimbangan skala ekonomi. Heri mengatakan, mengkaji apakah secara ekonomi sudah waktunya masuk ke industri hilir dengan kapasitas produksi saat ini.
"Ini karena kami harus build up kapabilitas untuk hilirisasi. Jadi itu tetap dalam kajian kami untuk ke depannya," kata Heri.