IPO Jumbo Rp 24,9 Triliun, Mitratel akan Akuisisi 6.000 Menara
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) menargetkan meraup dana hingga Rp 24,9 triliun dalam penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Dana jumbo tersebut akan digunakan salah satunya untuk mengakuisisi 6.000 menara telekomunikasi.
"Mungkin target perkiraan menara yang kami akuisisi sekitar 6.000 tower (menara) dari belanja yang kami siapkan mayoritas dari IPO ini," kata Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/10).
Hendra mengatakan konsolidasi menara telekomunikasi seperti yang dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha bisa berdampak positif pada industri. Pasalnya, dengan konsolidasi, para pemain di industri menara diharapkan lebih efisien dan lebih baik.
Sebelumnya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini pernah memperoleh aset berupa 10.050 unit menara dari anak usaha Telkom lain, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Pengalihan pertama dilakukan pada 14 Oktober 2020 sebanyak 6.050 unit. Kemudian, pada 31 Agustus 2021 sebanyak 4.000 unit.
Untuk rencana akuisisi 6.000 menara ke depan, Mitratel membuka pintu untuk mengakuisisi menara-menara di luar Grup Telkom jika ada peluang. "Kami tidak membatasi akuisisi harus dari Telkomsel atau Telkom, bisa akuisisi dari pihak manapun," kata Hendra.
Rencana bisnis dalam lima tahun ke depan, menurut Hendra, Mitratel fokus dalam meningkatkan rasio sewa (tenancy ratio). Mitratel juga akan mengambil kesempatan untuk masuk ke sektor yang berhubungan dengan 5G, bisa fiber optik, internet of things (IOT) ataupun infrastruktur yang mendukung 5G.
Pada kesempatan sama, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana selaku penjamin efek mengatakan, valuasi Mitratel sekitar 11-13 kali dari EV/EBITDA untuk 2022.
Seperti diketahui, Mitratel akhirnya memulai langkahnya menuju lantai bursa. Anak usaha Telkom itu menawarkan saham perdana pada kisaran harga Rp 775 - Rp 975 per saham.
Berdasarkan prospektus singkat, perusahaan penyedia jasa menara telekomunikasi ini menargetkan raihan dana hasil penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) maksimal Rp 24,9 triliun, lebih tinggi dari target dana IPO Bukalapak yang disebut menjadi yang terbesar di Indonesia, Rp 21,9 triliun.
Mitratel menawarkan maksimal 25,54 miliar saham perdana atau 29,85% dari modal perusahaan setelah penawaran umum perdana saham. Nilai nominal berada di level Rp 228 per saham.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT BRI Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas," demikian tertulis di prospektus yang terbit Selasa (26/10).
Masa penawaran awal akan berlangsung pada 26 Oktober - 4 November 2021, sementara tanggal efektif pernyataan pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkirakan pada 12 November.
Sementara itu, masa penawaran umum dijadwalkan berlangsung pada 16 - 18 November, dan masa penjatahan pada 18 November. Perseroan menjadwalkan distribusi saham secara elektronik terjadi pada 19 November, sedangkan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November.
Sebanyak 90% dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal perusahaan. Secara rinci dijelaskan, sebanyak 44% untuk belanja modal organik, yakni mengembangkan dan memperluas hubungan dengan pelanggan melalui penambahan penyewa kolokasi. Ini mencakup berbagai pengeluaran terkait penguatan dan penambahan menara yang dimiliki perusahaan saat ini.