Laba Bersih PP Presisi Naik Dua Kali Lipat Jadi Rp 107 Miliar
PT Pembangunan Perumahan Presisi Tbk membukukan pertumbuhan pendapatan bersih hampir 20% pada kuartal III tahun ini
Berdasarkan laporan keuangan PPRE, pendapatan bersih naik 18,53% menjadi US$ 1,8 triliun dibandingkan dengan kinerja para periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,5 triliun. Di sisi lain, laba bersih emiten konstruksi berkode PPRE ini naik lebih dari dua kali lipat, dipicu oleh efisiensi biaya.
Seperti diketahui, PPRE memiliki tiga lini bisnis utama, yakni di sektor konstruksi, penyewaan alat, dan penjualan semen ready mix. Pertumbuhan usaha tertinggi terjadi di sektor penyewaan alat yang tumbuh 28,88% menjadi Rp 117 miliar.
Namun demikian, lokomotif pendapatan masih datang dari jasa konstruksi yang tumbuh 21,92% dari Rp 1,3 triliun pada Januari-September 2020 menjadi Rp 1,5 triliun. Sementara itu, usaha penyewaan alat justru menyusut 40,82% menjadi Rp 113 miliar.
Pendapatan dari transaksi dengan pihak ketiga susut 4,31% dari Rp 835 miliar menjadi Rp 799 miliar pada Januari-September 2020. Alhasil, kontribusi pendapatan dari entitas berelasi turun menjadi 42,34%.
Di samping itu, pendapatan dari pihak ketiga naik 171,75% menjadi Rp 1 triliun. Dengan demikian, kontribusi ke total pendapatan bersih naik menjadi 57,66%.
Induk perusahaan PT Pembangunan Perumahan (Persero) berkontribusi sampai 99,62% atau senilai Rp 798 miliar.
Tumbuhnya pendapatan dari pihak ketiga merupakan pendorong pertumbuhan laba bersih PPRE yang naik 114,34% menjadi Rp 107 miliar sepanjang Januari-September 2021 dari Rp 55 miliar. Adapun, laba per saham sampai akhir kuartal ketiga 2021 tumbuh 243,75% menjadi Rp 5,5 per saham.
Pendapatan perseroan diramalkan belum akan kembali ke posisi pra-pandemi atau sekitar Rp 3,85 triliun. PPRE memprediksi pendapatan pada tahun ini hanya akan mencapai Rp 3,1 triliun atau naik 34% dari realisasi 2020 senilai Rp 2,33 triliun.
Dengan kata lain, PPRE harus membukukan pendapatan setidaknya Rp 683 miliar untuk mencapai target tahun ini.
Sementara itu, EBITDA PPRE pada akhir tahun diramalkan naik 4% menjadi Rp 940 miliar dari posisi tahun lalu yakni Rp 906,04 miliar. Adapun, pandemi Covid-19 membuat EBITDA perseroan per 2020 jatuh 23,66% dari posisi Rp 1,18 triliun per 2019.
Di sisi lain, nilai kontrak baru tumbuh hingga 129% sepanjang Januari-Oktober 2021 menjadi Rp 4,81 triliun dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,17 triliun. Nilai kontrak baru tersebut diramalkan akan terus naik menjadi Rp 5,3 triliun pada akhir tahun ini atau naik 88,28% dari realisasi 2020.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 membuat perolehan nilai kontrak pada 2020 hanya senilai Rp 2,81 triliun atau turun 52,01% dari realisasi tahun sebelumnya. Dengan kata lain, prognosis nilai kontrak baru tahun ini belum akan kembali ke posisi pra-pandemi Covid-19.
Adapun, mayoritas kontrak baru pada tahun ini berasal dari grup PT Pembangunan Perumahan (Persero) atau sebanyak 88,9 persen. Mayoritas jenis proyek dari kontrak baru tersebut masih didominasi oleh proyek pertambangan (49%) dan pekerjaan sipil (43,82%).