Belum Setahun Menjabat, Direktur Utama Bank Permata Mundur
Direktur Utama PT Bank Permata Tbk (BNLI), Chalit Tayjasanant, mengundurkan diri dari jabatannya.
Pengunduran diri tersebut disampaikan Sekretaris Perusahaan Bank Permata, Katharina Grace, pada laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 24 Maret 2022.
"Dengan ini disampaikan bahwa PT Bank Permata Tbk telah menerima surat pengunduran diri Bapak Chalit Tayjasanant selaku Direktur Utama Perseroan pada tanggal 22 Maret 2022," kata Katharina, Kamis (24/3).
Selanjutnya, untuk memenuhi ketentuan pasal 8 ayat 3 POJK 33/2014, keputusan atas permohonan pengunduran diri Bapak Chalit Tayjasanant dari jabatannya sebagai direktur utama perseroan akan dilaksanakan pada RUPS terdekat.
Masa jabatan Chalit di bank dengan kode saham BNLI tersebut terbilang singkat. Ia didapuk menjadi pucuk pimpinan Bank Permata pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 April 2021 lalu menggantikan Ridha D.M Wirakusumah yang ditunjuk Presiden Jokowi menjadi CEO Indonesia Investment Authority (INA).
Berdasarkan informasi di situs perusahaan, Chalit mempunyai pengalaman yang luas di industri perbankan. Sebelum didapuk menjadi direktur utama, ia menjabat sebagai Komisaris PermataBank periode 2020 sampai 2021.
Kemudian, warga negara Thailand ini juga cukup malang melintang di Bangkok Bank yang saat ini menjadi pemegang saham pengendali Bank Permata.
Di bank terbesar Thailand tersebut, karirnya juga cukup panjang sejak tahun 1981. Beberapa posisi strategis diembannya antara lain, Executive Advisor, Bangkok Bank Public Company Limited - Indonesia pada 2019—2020. Lalu, General Manager, Bangkok Bank Public Company Limited - Indonesia (2002—2019).
Meski kepemimpinannya terbilang cukup singkat, sampai dengan akhir tahun 2021 ini, Bank Permata berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,23 triliun sepanjang 2021. Angka itu tumbuh 70% dibanding perolehan laba pada tahun sebelumnya sebesar Rp 721,58 miliar.
Tahun lalu, Bank Permata juga membukukan aset sebesar Rp 234 triliun atau tumbuh 18,5% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 197 triliun. Kemudian, penyaluran kredit di 2021 juga tumbuh 6,2% menjadi Rp 125,5 triliun. Adapun, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi sebesar 12% dan pertumbuhan KPR sebesar 22% secara tahunan.
Sementara dari sisi pendanaan, simpanan nasabah di 2021 tumbuh sebesar 24% yang utamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan tabungan dan giro sebesar 30%.