Sampoerna Agro Balik Kerugian jadi Laba Rp 802 Miliar di 2021
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menorehkan kinerja positif sepanjang tahun 2021. Emiten perkebunan kelapa sawit ini akhirnya membukukan laba bersih tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, SGRO mencatat laba bersih sebesar Rp 802,08 miliar. Sementara pada tahun sebelumnya, perusahaan mencatatkan rugi sebesar Rp 201,42 miliar. Perolehan laba bersih SGRO didorong oleh peningkatan penjualan perseroan yang tumbuh 49,11% menjadi 5,22 triliun dari sebelumnya Rp 3,50 triliun.
Mayoritas penjualan berasal dari produk kelapa sawit sebesar Rp 5,04 triliun atau naik 49,35% dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,37 triliun. Sementara penjualan lain-lain yang mencakup bibit, tepung sagu, jasa analisis dan listrik berkontribusi sebesar Rp 181,51 miliar atau tumbuh 42,63% dari sebelumnya Rp 127,63 miliar.
Di samping itu, perseroan juga mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan 35,70%, dari Rp 2,61 triliun menjadi Rp 3,55 triliun pada 2021. Adapun, beban pokok penjualan didominasi oleh beban pokok produksi sawit yang mencapai Rp 3,40 triliun.
Sementara itu, hingga Desember 2021, jumlah aset SGRO mencapai Rp 9,75 triliun, atau naik tipis 0,06% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 9,74 triliun. Jumlah aset lancar perseroan naik 1,43% dari Rp 1,37 triliun menjadi Rp 1,39 triliun. Sedangkan, aset tidak lancar turun 0,15% dari sebelumnya Rp 8,36 triliun menjadi Rp 8,35 triliun.
Di sisi lain, liabilitas SGRO tercatat sebesar Rp 5,15 triliun, atau turun 13,34% dibandingkan pada akhir 2020 sebesar Rp 5,95 triliun, dengan rincian, liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1,28 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 3,87 triliun. Sementara itu, ekuitas hingga Desember 2021 tercatat tumbuh sebesar 21,09% menjadi Rp 4,6 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 3,8 triliun.
Saat ini, konsesi yang dikelola dan dibina SGRO mencapai 306.000 hektare. Di mana, 169.000 hektare di antaranya merupakan lahan tertanam, yang mana 80% merupakan perkebunan sawit, 12% perkebunan karet, dan sisanya atau sebesar 8% merupakan perkebunan sagu.
Dari sisi fasilitas pengolahan, saat ini SGRO memiliki sembilan unit pabrik. Terdiri dari delapan unit pabrik pengolahan kelapa sawit dan satu unit pabrik pengolahan sagu.
Dalam paparan publik awal September lalu, manajemen SGRO menyampaikan bahwa, pihaknya optimistis bahwa poduksi kelapa sawit di tahun 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dilihat dari beberapa faktor seperti, cuaca yang baik, profil umur tanaman dan tanaman yang akan masuk ke tingkat maturity, dan juga profil umur yang lebih produktif pada tanaman sawit yang dimiliki perseroan.
"Sehingga pada tahun 2022 dapat diproyeksikan pertumbuhan produksi akan meningkat 10%," kata Direktur Utama SGRO Ekadharmajanto Kasih dalam paparan publik perseroan, dikutip Rabu (30/3).
Ia menambahkan, tahun ini perseroan akan lebih fokus melakukan intensifikasi daripada ekspansi. Namun, tetap akan melakukan ekspansi di area-area yang saat ini sudah dimiliki oleh perseroan, sehingga dengan dilakukannya fokus intensifikasi tersebut, maka dapat menyebabkan pertumbuhan yang relatif tidak agresif dan lebih moderat, namun dapat membuat yield perseroan meningkat.