BRI Dorong Keberlanjutan Pelaku UMKM Naik Kelas Melalui Digitalisasi
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI senantiasa mengoptimalkan digitalisasi untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas. Ketahanan dan keberlanjutan usaha para pelaku bisnis, termasuk UMKM diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Bisnis Mikro BRI Supari pada acara Diskusi Taman BRI yang mengambil tema “Peran Digitalisasi dalam Mendorong UMKM Naik Kelas,” Rabu, 13 April 2022.
Acara diskusi Taman diselenggarakan oleh BRI Research Institute (BRIRINS) bekerja sama dengan BRI di Kantor Pusat BRI.
Supari mengungkapkan, peluang digital ini perlu dimanfaatkan dengan baik agar hasilnya dapat diperoleh dengan optimal. Misalnya, pelaku Usaha Ultra Mikro (UMi) nasabah PNM Mekaar.
Data BRI menunjukkan, hampir 89 persen sudah memiliki smartphone. “Ini menjadi wadah untuk akses pemberdayaan sekaligus improve usaha,” ujarnya.
BRI telah memiliki framework pemberdayaan yang dilakukan secara simultan, yakni melalui pengembangan ekosistem usaha dan kapabilitas pelaku UMKM.
Upaya tersebut dioptimalkan dengan digitalisasi melalui platform digital Bisnis to customer (B2C) yang menghubungkan pelaku usaha UMKM dengan para pembeli secara langsung. Caranya melalui aplikasi jual-beli komoditas secara daring, kemudian ada platform Localoka, dan platform Pasar.id.
Platform digital Bisnis to Customer (B2C) yang tengah dikembangkan menjadi aplikasi penghubung seluruh pelaku multikomoditas secara terintegrasi dalam closed system BRI service.
Sementara platform Localoka, menyajikan journey dari program pemberdayaan Kelompok Usaha Binaan BRI. Adapun Pasar.id menjadi terobosan yang memfasilitasi aktivitas jual beli secara daring bagi pedagang pasar.
“Kami ingin melayani semua ekosistem sesuai journey-nya. Sekarang ini, bisnis memperebutkan customer experience,” kata dia,”maka siapa yang cepat mengenali, membangun dan mendefinisikan experience nasabah, itulah yang akan jadi pemenangnya.”
Upaya BRI tersebut memiliki alasan yang sangat kuat. Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah pelaku UMKM khususnya segmen mikro mendominasi 98,7 persen dari total unit usaha di Tanah Air.
Maka, pemberdayaan UMKM dan upaya inklusi keuangan menjadi peran microfinance yang penting untuk mengentaskan kemiskinan pemerataan ekonomi. Hal ini juga sesuai dengan fokus Presidensi G20 di Indonesia yang salah satunya mengangkat financial inclusion.
Dorong UMKM Melompat Jauh
Dalam acara yang sama, Komisaris eFishery yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Kewirausahaan KADIN Aldi Haryopratomo mengatakan, skala usaha UMKM dapat dinaikkan melalui optimalisasi digitalisasi.
Teknologi, kata dia, menjadi jembatan untuk mengurangi struktur biaya sehingga lebih efisien. Contohnya proses pembayaran utama yang dulu menggunakan mesin EDC, sekarang bisa menggunakan QR Code sehingga lebih mudah.
“Di eFishery, misalnya, untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi, kami menggunakan sebuah robot atau mesin yang bisa mengetahui kapan ikan dalam keadaan lapar,” ujarnya.
Mesin robot ini pun dapat memberikan makan pada ikan saat lapar secara merata. Dengan demikian, secara produktivitas pengeluaran budidaya ikan bisa turun 30 persen serta pendapatannya naik hingga 45 persen.
“Intinya, inovasi melalui optimalisasi digitalisasi dapat menekan biaya dan meningkatkan akses pasar,” ujarnya. Teknologi dapat menjadi perubahan fundamental dari segi biaya maupun dari pasar.