BRI Bidik Penambahan 5 Juta Nasabah Ultra Mikro Tahun Ini
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menargetkan untuk menambah nasabah dari sektor ultra mikro sebanyak 5 juta, dari holding ultra mikro yang terdiri dari BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) tahun ini.
Direktur utama BRI Sunarso mengatakan, pembentukan holding ultra mikro bertujuan untuk melayani sebanyak-banyaknya masyarakat, utamanya di sektor ultra mikro. Berdasarkan riset yang dilakukan perseroan tahun 2018, terdapat 45 juta pengusaha ultra mikro yang masih butuh pendanaan.
Dari angka tersebut, baru sekitar 15 juta nasabah yang tersentuh lembaga pembiayaan formal seperti BRI, lembaga pergadaian, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan fintech.
Sementara itu, sebanyak 30 juta orang belum tersentuh lembaga pembiayaan formal. Sebanyak 5 juta dari jumlah tersebut biasanya mendapatkan pembiayaan dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi, 7 juta lainnya meminjam ke saudara, dan 18 juta sisanya sama sekali belum tersentuh pendanaan.
"Karena holding ultra mikro dibentuk untuk melayani masyarakat sebanyak mungkin, terutama di sektor ultra mikro. Tahun ini, kita tetapkan target bisa melayani lima juta nasabah di segmen ultra mikro, yang akan kita layani dengan layanan gabungan," kata Sunarso dalam konferensi pers, Senin (25/4).
Untuk mencapai target tersebut, perseroan telah membentuk infrastruktur layanan yang dinamakan Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum). Sentra tersebut dibentuk untuk menyatukan layanan para anggota holding ultra mikro.
Sunarso menjelaskan, hingga saat ini sudah terbentuk 143 kantor pelayanan tersebut, dan pihaknya menargetkan untuk meningkatkan jumlah sentra layanan menjadi 1.000 kantor tahun ini. Selain itu, ia juga akan merekrut sebanyak 60 ribu ketua kelompok Mekaar untuk menjadi agen BRILink.
"Untuk mencapai target itu, kita juga sudah membentuk tim gabungan antara BRI, Pegadaian dan PNM yang belum lama ini kami launching dengan nama Brigade Madani," kata dia.
Di samping itu, Sunarso menyampaikan optimismenya dalam meraih target kredit 9% hingga 10% pada tahun ini. Hal ini terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) bank secara konsolidasian yang tercatat sebesar 86,96%, dengan rasio permodalan perbankan (CAR) 24,61% hingga kuartal I 2022.
"Kami optimistis bisa menumbuhkan kredit 9%-10%. Ini tercermin dari LDR dan CAR yang tinggi. Itu yang membuat kami optimistis bisa mencapai target penyaluran kredit," ujarnya.
BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 12,22 triliun pada kuartal I-2022. Laba bersih tersebut naik 78,13% secara tahunan dari sebelumnya Rp 6,86 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43% secara tahunan menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun, yang didominasi oleh penyaluran kredit di sektor UMKM sebesar 83,95%.
Adapun, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I 2022 sebesar 6,65%.
Penyaluran kredit itu terdiri dari penyaluran kredit mikro Rp 506,74 triliun, kredit korporasi Rp 172,64 triliun, kredit kecil dan menengah Rp 243,69 triliun dan kredit konsumer Rp 152,86 triliun. Sementara itu, total aset BRI sampai dengan kuartal pertama tahun ini mencapai Rp 1.650 triliun, atau naik 8,99% secara tahunan.