Profil Kebab Turki Baba Rafi yang Segera Melantai di Bursa Saham
Perusahaan pengelola bisnis kuliner Kebab Turki Baba Rafi berniat menapaki langkah baru dalam bisnisnya dengan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, bisnis yang berada di bawah naungan PT Sari Kreasi Boga tersebut mengajukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan kisaran harga awal Rp 120 - Rp 130 per saham.
Lalu, bagaimana profil perusahaan pengelola bisnis Kebab Baba Rafi?
Melansir laman resmi, Sari Kreasi Boga didirikan pada 2017 lalu dan menjadi bisnis franchise atau waralaba. Bisnis kebabnya terus berekspansi hingga melenggang di pasar internasional seperti, Filipina, Malaysia, Sri Lanka, dan Tiongkok.
Di Tiongkok, Kebab Baba Rafi membuka tiga gerai di kota yang berbeda yaitu di kota Yiwu, Hangzhou, dan Shanghai. Setelah itu, dia membuka cabang di Belanda pada 2015, serta tempat-tempat lainnya seperti di Singapura, Brunei Darussalam, Banglades, dan India.
Meski melakukan ekspansi ke berbagai negara, perusahaan mengaku menghadapi beberapa tantangan dalam mengembangkan outletnya. Salah satunya perbedaan selera masyarakat lokal. Namun hal ini bisa diatasi, misalnya dengan mengganti bahan baku utama dengan daging ayam dan daging kambing.
Saus dan bumbu yang digunakan pun disesuaikan dengan lidah masyarakat setempat, tanpa menghilangkan cita rasa dan karakter khas kebab Baba Rafi.
Dengan berbagai ekspansi globalnya ini, perusahaan menargetkan Baba Rafi bisa menjadi salah satu pemain jaringan waralaba kebab terbesar dunia. Sebab, meski banyak pelaku usaha kuliner sejenis di beberapa negara, hingga kini belum ada pelaku usaha kebab yang memiliki jaringan outlet sebanyak Baba Rafi Grup.
Sampai saat ini, Kebab Baba Rafi memiliki 1.300 cabang di seluruh Indonesia dan 68 cabang di luar negeri.
Tahun 2021, Perseroan telah miliki 969 gerai mitra waralaba yang tersebar di seluruh kota besar yang ada di Indonesia seperti, DKI Jakarta, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, D.I.Y Yogyakarta, Riau, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat.
Pemasaran via Daring
Melansir Katadata pada Desember 2020, Hendy tak menampik pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap usaha perusahaan. Secara rata-rata penjualan Kebab Baba Rafi sempat turun 30% pada tahun tersebut, khususnya terhadap beberapa gerai yang berlokasi di dalam mal.
Pandemi Covid 19 mempengaruhi bisnis Baba Rafi di Indonesia dan Malaysia terutama saat aturan pembatasan berskala besar dan larangan makan di tempat diberlakukan.
Namun, penurunan ini menurutnya mulai bisa diimbangi dengan pemesanan makanan via online. Dengan dukungan fitur ini, pergeseran pembeli melalui online tumbuh hingga enam kali lipat. Sehingga efek penurunan penjualan akibat Covid-19 bisa diminimalisir.
Dia berkata penjualan mulai membaik dalam tiga bulan setelah memutuskan untuk ikuti sistem online food delivery.