Produksi PT Timah Merosot 14% Semester I, Ini Penyebabnya
PT Timah Tbk atau TINS mengalami penurunan produksi sebesar 14% di semester I 2022. Penurunan tersebut terlihat dari produksi biji timah yang tercatat hanya sebesar 9.901 ton dari sebelumnya sebesar 11.457 ton.
Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan mengatakan, faktor penurunan produksi salah satunya disebabkan disparitas harga karena tingginya harga timah saat ini. Selain itu, hasil tambang dari lokasi induk perseroan tidak seluruhnya diserahkan kepada TINS oleh penambang lokal.
“Ada kompensasi ketika mereka (penambang lokal) menambang di tempat kami. Tapi karena harga logam naik tinggi, ada produksi yang ditambang mereka tapi tidak masuk ke kami,” kata Abdullah saat ditemui wartawan di Jakarta, Jumat (9/2).
Adapun, 3.829 ton atau 39% dari jumlah produksi biji timah 9.901 ton berasal dari penambangan darat. Lalu, sisanya yaitu 6.072 ton atau 61% berasal dari penambangan laut. Selain itu, produksi logam timah menjadi 8.805 metrik ton, turun 26% dari sebelumnya 11.915 metrik ton.
Abdullah menyampaikan harapan agar pemerintah segera menertibkan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) milik perusahaan tambang. Penertiban tersebut untuk perusahaan tambang yang terindikasi menjalin kerja sama dengan penambang ilegal atau pertambangan tanpa izin (peti).
"Kami percaya regulator punya aturan terdokumentasi saat pengajuan RKAB, "katanya.
TINS membukukan laba bersih sebesar Rp 1,08 triliun pada semester I 2022, melonjak 300,67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 270 miliar. Kenaikan laba perusahaan ditopang oleh pendapatan Rp 27,4 triliun atau naik 27,4% dar periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan dari logam timah mencapai Rp 5,9 triliun, naik 18,83% dari Rp 4,97 triliun pada semester I 2021. Kontribusi dari tin chemical sebesar Rp 786,58 miliar, naik 81,6% dari periode sebelumnya Rp 432,9 miliar. Perseroan juga mencatatkan penjualan batu bara Rp 306,4 miliar atau naik 80,54% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan sejalan dengan beban pokok pendapatan yang melonjak 16,05% menjadi Rp 5,5 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Kemudian, beban umum dan administrasi sebesar Rp 459,14 miliar atau naik 5,98% dari semester I 2021.