Pendapatan BUMN Tahun 2021 Capai Rp 2.292 Triliun, Hampir Setara APBN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan laporan keuangan tahunan konsolidasian untuk tahun buku 2021. Pendapatan konsolidasi seluruh perusahaan pelat merah pada 2021 meningkat menjadi Rp 2.292,5 triliun atau tumbuh 18,8% dibandingkan tahun 2020. Peningkatan ini dikontribusi oleh pertumbuhan harga komoditas global.
Perolehan pendapatan seluruh BUMN sepanjang tahun 2021 secara akumulasi hampir mendekati realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2021 yang senilai Rp 2.786 triliun.
"Peningkatan penjualan akibat peningkan aktivitas penanggulangan Covid-19 dan pertumbuhan volume penjualan akibat pemulihan sebagian kegiatan ekonomi di beberapa klaster," kata Menteri BUMN Erick Tohir, Rabu (29/9) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta.
Kemudian, untuk laba bersih BUMN di tahun 2021 meningkat menjadi Rp 124,7 triliun atau naik 838,2% dibandingkan 2020 sebesar Rp 13,3 triliun. Kenaikan laba bersih didukung oleh pertumbuhan penjualan, perbaikan margin operasi, penurunan beban bunga akibat restrukturisasi dan penurunan kerugian kurs. Pencapaian laba di tahun 2021 hampir mendekati perolehan laba bersih BUMN pada 2019 atau sebelum pandemi yang berada di level Rp 124 triliun.
Sementara itu, margin EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi) mengalami peningkatan menjadi 20,4% di tahun 2021 terutama disebabkan perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung. Adapun restrukturisasi utang dan penurunan tingkat bunga pinjaman pada tahun 2021 mengakibatkan penurunan beban bunga konsolidasi dari semula Rp 91,5 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 73,5 triliun di tahun 2021.
Adapun, Erick menjelaskan Kementrian BUMN telah melakukan transformasi melalui empat inisiatif program yaitu, transformasi penyehatan dan penyelamatan korporasi negara strategis termasuk restrukturisasi Garuda, Waskita, Jiwasraya, dan PTPN. Kemudian, transformasi atas struktur portofolio perusahaan pemerintah melalui pembentukan klaster dan penajaman masing-masing klaster dengan pembentukan holding BUMN.
Lalu, transformasi tata kelola dan manajemen risiko yang menyeluruh pada tingkat Kementerian maupun pada tingkat BUMN dan peningkatan kualitas SDM BUMN yang lebih insklusif. Terakhir, penciptaan terobosan terkait model-model bisnis dan inovasi baru termasuk pembentukkan holding ultra mikro antara BRI, Pegadaian, dan PNM. Selain holding ultra mikro yaitu business model innovation dan technology leadership.
"Transformasi yang kita lakukan terbukti mampu mendongkrak kinerja BUMN dan itu tercermin dari angka-angka yang bisa dijadikan indikator, mulai dari laba, margin EBITDA, peningkatan penjualan hingga penurunan rasio utang pendanaan terhadap total investasi tertanam sebagai hasil inisiatif restrukturisasi yang kami lakukan," kata Erick.
Dia mengatakan, meski saat ini dikelilingi situasi yang penuh ketidakpastian dan tantangan, Kementerian teguh pada agenda transformasi dalam peta jalan BUMN pada tahun 2020 sampai tahun 2024.