Saham GOTO Anjlok saat Lock Up Dibuka, Analis Sarankan Wait And See
Periode penguncian atau lock up saham investor pra-IPO emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) baru saja dibuka hari ini, Kamis (1/12).
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham GOTO ditutup anjlok 6,62% atau 10 poin ke level Rp 141. Jika dibandingkan dengan harga IPO pada April lalu, harga sahamnya sudah menurun hingga 58,2%.
Kendati demikian, para analis masih menyarankan para pemegang saham untuk menunggu dan melihat atau wait and see emiten teknologi Tanah Air tersebut.
Analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, harga saham GOTO ke depan akan mengikuti ekspektasi pasar terhadap perbaikan fundamental emiten tersebut. Hal itu bergantung pada seberapa cepat GOTO bisa menekan kerugian, aksi korporasi yang akan dilakukan, juga sentimen terhadap industri perdagangan elektronik atau e-commerce.
“Untuk prospek harga sahamnya sendiri tentu nanti akan mengikuti ekspektasi terhadap perbaikan fundamental GOTO. Baiknya wait and see sampai tekanan jualnya mereda,” ujar Jono pada Katadata.co.id, Kamis (1/12).
Pengamat Pasar Modal dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan, untuk saat ini, para investor masih melihat saham GOTO dalam jangka pendek.
“Sementara short term, secara teknikal memang bearish dan kinerja masih minus. Apalagi ada open periode lock up. Jadi pelepasan saham masih masuk akal,” ujar Wahyu pada Katadata.co.id.
Namun, seperti Jono, Wahyu juga menyarankan para investor untuk wait and see emiten teknologi tersebut.
“Faktor global dan sentimen yg masih kurang kondusif dipicu kecemasan resesi juga memicu kompensasi pelepasan emiten teknologi. Terutama saham dengan fundamental dan teknikal seperti GOTO. Walaupun dalam jangka panjang masih potensial, janya saja investor sepertinya masih belum memikirkan jangka panjang,” ujar Wahyu.
Namun, Wahyu juga memberi peringatan kepada para pemegang saham. “Ibarat nya sih jangan tangkap pisau yg sedang jatuh, bisa berdarah. Kalau sudah mulai konsolidasi mungkin bisa mulai dipikirkan tuk potensial spekulative buying-nya,” ujar Wahyu.