Tahun Kelinci Simak Sektor Pembawa Hoki dan Apes
Tahun Baru Cina 2023 atau Tahun Baru Imlek Imlek 2574 jatuh dua hari lagi. Sejumlah persiapan dilakukan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek maupun dalam menjalani tahun yang disebut sebagai Tahun Kelinci Air pada 22 Januari 2023.
Seperti biasa, ada berbagai proyeksi yang ada dalam setiap perubahan tahun. Khusus untuk pasar saham, Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee memprediksi ada tiga sektor yang menarik dan dua saham yang kurang menarik di Tahun Kelinci Air.
Pertama, sektor teknologi. Tahun lalu sektor teknologi tertekan karena kenaikan suku bunga berbagai bank sentral global yang agresif dipimpin The Fed. Tetapi tren inflasi AS sudah turun dalam enam bulan terakhir dan peluang The Fed segera mencapai puncak bunga dan potensi sisa 50 basis poin kenaikan di tahun 2023.
“Ini membuat sektor teknologi berpeluang rebound,” katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (20/1).
Kedua, konsumen primer. Sektor ini menarik karena ancaman perlambatan ekonomi global akibat kenaikan suku bunga. Masyarakat tetap melakukan konsumsi di tengah perlambatan ekonomi.
Selain itu, Indonesia akan memasuki tahun Pemilu sehingga diperkirakan ada dana kampanye yang akan masuk ke sistem perekonomian sehingga mendorong konsumsi masyarakat. “Biasa tahun Pemilu positif untuk konsumsi masyarakat,” ujar Hans.
Ketiga, elemen logam masih akan bersinar sehingga sektor metal masih menarik. Sektor nikel akan menarik karena kendaraan listrik.
Sedangkan ada dua sektor yang menurut Hans kurang menarik di Tahun Kelinci ini.
Sektor minyak dan gas masih menarik di awal tahun. Hal ini karena perang Rusia ukraina masih berlangsung diawal tahun. Selain itu selama musim dingin permintaan terhadap sektor energi masih tetap tinggi.
“Tetapi unsur Yin Air dan Yin Kayu akan mendorong konflik internasional mereda dan berpotensi mendorong aksi koreksi di sektor energi,” kata dia.
Senasib sektor properti diramal masih akan stagnan di tahun ini. Hal ini karena kebijakan moneter menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Selain faktor suku bunga juga karena investor properti masih menunggu periode Pemilu.
“Hal ini mendorong sektor properti baru menarik di tahun depan,” ucap Hans.