Fitch Ratings Naikkan Peringkat Indosat Ooredoo Karena Hal Ini
Lembaga pemeringkat keuangan global, Fitch Ratings menaikkan peringkat obligasi dan sukuk senior tanpa jaminan yang berdenominasi rupiah PT Indosat Tbk (ISAT) menjadi AA+ dari AA. Fitch juga mengafirmasi peringkat default ratings mata uang asing dan mata uang lokal jangka panjang Indosat dan kewajiban senior tanpa jaminan dalam mata uang asing dengan peringkat BBB-, dengan outlook stabil.
Peningkatan peringkat disebabkan oleh peningkatan profil kredit setelah merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia.
Fitch pun menilai pertumbuhan EBITDA Indosat 2023-2024 akan didorong oleh peningkatan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU). Selain itu profitabilitas yang lebih baik dari skala yang lebih besar, dan inisiatif penghematan biaya.
“Kami yakin profil bisnis Indosat akan berangsur-angsur membaik dengan posisi pasar nirkabel terbesar kedua dan kepemilikan spektrum yang besar. Lalu diversifikasi ke layanan fixed-broadband, ekspansi di luar Jawa dan skala EBITDA yang meningkat,” ujarnya dikutip Selasa (14/2).
Fitch memperkirakan pendapatan Indosat 2023 akan naik 8% menjadi Rp 50,5 triliun dari perkiraan Rp 47 triliun pada 2022 sebelum meningkat dengan persentase pertengahan satu digit pada 2024-2025.
Sebagai informasi, ISAT mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 48,9% menjadi Rp 46,7 triliun sepanjang tahun 2022. Sebelumnya pada tahun 2021, perseroan mencatatkan pendapatan Rp 31,3 triliun.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 4,72 triliun. Melalui laporan laba tersebut didapat hasil capaian pelanggan seluler perusahaan yang meningkat dari 62,5% menjadi 102,2 juta dengan pertumbuhan lalu lintas data sebesar 91,8% di tahun 2022.
Pertumbuhan ini berkontribusi pada kenaikan pendapatan data sebesar 61,3% dibanding tahun sebelumnya. Adapun EBITDA tercatat sebesar Rp 19,46 triliun atau naik sebesar 40,2%, dengan margin EBITDA tercatat sebesar 41,6% pada 2022.
Selain EBITDA yang solid, posisi pasar yang kuat Indosat Ooredoo Hutchison menjadi salah satu bahan penilaian. Karena, Fitch dalam risetnta mengatakan bahwa saat ini persaingan pasar telekomunikasi sudah tidak intens dan Indosat memiliki pangsa pasarnya tersendiri.
“Kami berharap Indosat setidaknya dapat mempertahankan pangsa pasarnya, didukung oleh kualitas jaringan dan jangkauannya di Jawa serta ekspansi yang berkelanjutan di luar Jawa,” katanya.
Lebih lanjut, Fitch perkirakan capex non-spektrum tahunan sebesar Rp 12-13 triliun pada 2023-2025 untuk berinvestasi dalam perluasan cakupan 4G dan fiber, terutama di wilayah non-Jawa.
“Kami memperkirakan pembayaran di muka untuk spektrum 700 MHz dan 3,5GHz akan menambah Rp 5,2 triliun ke capex 2023-2024, dengan asumsi memperoleh spektrum 25MHz dan 30MHz di setiap band,” kata Fitch Ratings.
Arus kas bebas (FCF) dinilai akan tetap negatif pada 2022-2024 karena belanja modal yang besar dan hanya akan berubah sedikit positif pada 2025. Pembayaran spektrum yang lebih tinggi dari yang diperkirakan dapat menunda deleveraging lebih lanjut.
Deleveraging adalah ketika sebuah perusahaan atau individu mencoba menurunkan leverage keuangan totalnya . Dengan kata lain, deleveraging adalah pengurangan hutang dan kebalikan dari leveraging. Cara paling langsung bagi entitas untuk melakukan deleverage adalah dengan segera melunasi hutang dan kewajiban yang ada di neracanya. Jika tidak dapat melakukan ini, perusahaan atau individu mungkin berada dalam posisi peningkatan risiko gagal bayar .
Secara terpisah Samuel Sekuritas merekomendasikan untuk buy saham ISAT dengan target harga Rp 8.200 per saham.
“Kami masih melihat potensi pertumbuhan besar industri telko di Indonesia. Serta persaingan industri telekomunikasi yang tidak seintens sebelumnya akan berdampak positif pada profitabilitas perseroan kedepannya,” kata Samuel Sekuritas dalam risetnya, Selasa (14/2).