Laba Bumi Resources Diproyeksi Melonjak 3 Kali Lipat di Tahun Ini
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meyakini laba bersih perseroan di tahun 2022 bisa tumbuh tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun laporan kinerja tahunan emiten pertambangan tersebut kemungkinan akan diterbitkan pada 31 Maret 2023.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, lonjakan laba itu seiring kenaikan harga batu bara yang tinggi pada penghujung tahun 2022.
“Harga batu bara di kuartal empat 2022, jauh lebih tinggi dari kuartal tiga 2022. Jadi laba bersih tahun 2022 bisa melebihi tiga kali dari 2021,” katanya kepada Katadata, Senin (6/3).
Adapun pada tahun 2021, BUMI berhasil mencetak laba bersih konsolidasi US$ 488,6 juta, dengan rincian laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai US$ 168 juta dan kepentingan non pengendali US$ 320,6 juta.
Berbeda dengan tahun 2020, di mana BUMI masih tercatat mengalami kerugian sebesar US$ 338 juta yang diperkecil menjadi rugi US$ 293,8 juta, seiring adanya secuil laba yang diatribusikan kepada kepentingan non pengendali US$ 44,1 juta. Positifnya kinerja perusahaan tidak lepas dari melambungnya harga komoditas batu bara.
Sementara hingga September 2022, BUMI sudah membukukan laba bersih US$ 365,49 juta. Kinerja moncer sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berkat tingginya harga batu bara. Penjualan batu bara mendominasi total penjualan BUMI.
Dileep mengatakan, sinyal pemulihan di sektor batubara amat besar di tahun 2022. "Dengan kembalinya optimisme sektor dan tren kenaikan harga batubara, perseroan dapat meningkatkan kinerja yang signifikan di tahun 2022," kata Dileep.
Sebelumnya Bumi Resources menyampaikan produksi batu bara sepanjang tahun 2022 diperkirakan mencapai 70-75 juta ton. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan target produksi perusahaan karena tingginya curah hujan akibat adanya fenomena La Nina.
Adapun pada 2022 Bumi Resources memprediksi produksi batu bara bisa mencapai 85-90 juta ton. Sedangkan di tahun 2023 perseroan menargetkan bisa memproduksi antara 80-85 juta ton dengan asumsi kondisi cuaca lebih baik.