Strategi Bukit Asam Jaga Kinerja Saat Harga Batu Bara Terus Melemah
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail memproyeksikan harga batu bara akan terus mengalami tekanan. Terkoreksinya harga komoditas batu bara seiring mulai pulihnya hubungan Cina dengan Australia, sebagai pemasok batu bara terbesar selain Indonesia.
"Selain itu perang antara Rusia dan Ukraina meski berlanjut tapi dampak musim dingin itu sudah bisa diatasi. Kemudian, ada juga berbagai faktor geopolitik dan potensi pasar dan kondisi pasar di luar kendali perusahaan," kata Arsal, dalam paparan kinerja PTBA, Kamis (9/3) di Jakarta.
Arsal menyebut, PTBA telah melakukan antisipasi untuk meminimalisasi dampak-dampak yang akan terjadi seiring terkoreksinya harga batu bara. PTBA tetap fokus melakukan upaya efisiensi.
"Kami yakin meski harga terkoreksi, kami akan menjaga kinerja tahun 2023 ini agar tetap bisa positif," katanya.
Di tahun ini, perusahaan mematok target produksi batu bara sebanyak 41 juta ton atau naik 11% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Adapun, volume penjualan batu bara juga diproyeksikan akan naik 30% menjadi 41,2 juta ton.
Selain itu, Arsal mengatakan PTBA berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional. Rencana tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017.
Harga batu bara di ICE Newcastle terus menunjukkan tren menurun sejak awal tahun 2023. Harga batu bara pada Kamis (9/3) terpantau berada di level US$ 193,5 per ton tercatat lebih rendah 5,3% dari harga pekan lalu yang berada di US$ 204,5 per ton.
Merosotnya harga emas hitam disebabkan oleh produksi batu bara di Cina yang lebih tinggi daripada tingkat serapan domestik. Kendati demikian, harga batu bara global tahun ini disebut masih akan tetap volatil.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, berpendapat, harga batu bara tahun ini masih akan terus bergerak naik-turun mengikuti kondisi fluktuasi pasar.
Hendra melanjutkan, menurunnya harga batu bara secara konsisten dalam beberapa waktu belakangan disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya persediaan batu bara di Cina melebihi tingkat permintaan dalam negeri.