Waskita Beton Bayarkan Utang Tahap Pertama Rp 75,4 Triliun
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) telah melakukan pelaksanaan pembayaran utang tahap pertama kepada seluruh kreditur sebesar Rp 75,4 miliar.
"Sesuai ketentuan, WSBP telah melaksanakan pembayaran melalui Kas pembayaran utang atau CFADS (Cash Flow Available For Debt Service) pertama sebesar Rp 75,4 miliar," kata Director of Finance & Risk Management WSBP Asep Mudzakir di Jakarta, Senin (27/3).
Adapun pembayaran yang dilaksanakan secara rinci yakni, pembayaran tahap pertama kepada seluruh vendor dengan total Rp34,5 miliar, pembayaran kepada perbankan untuk porsi bunga 2% per annum sebesar Rp 37,6 miliar, dan pembayaran bunga 2% per annum kepada pemegang obligasi dengan total Rp 3,26 miliar.
"Pembayaran CFADS berikutnya akan dilakukan pada 25 September 2023," kata Asep.
Selain ketepatan waktu pelaksanaan pembayaran utang tahap pertama, WSBP juga menargetkan pelaksanaan konversi utang menjadi saham dan Obligasi Wajib Konversi dapat dilakukan pada akhir kuartal dua tahun ini.
Nantinya akan terjadi perubahan struktur saham WSBP usai restrukturisasi, namun PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tetap sebagai pemegang saham pengendali.
“Nanti setelah konversi di tahun pertama setelah vendor dikonversi nanti kepemilikan saham Waskita akan terdilusi 16%-20%, setelah 10 tahun,” kata Asep.
Diberitakan sebelumnya, WSBP optimis kinerja 2023 akan membaik dengan target perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 3,8 triliun. Maka dari itu, perseroan memproyeksikan pencapaian nilai kontrak baru akan meningkat signifikan pada kuartal kedua dan kuartal keempat.
Optimisme itu didukung oleh perolehan tender proyek dan pengadaan dengan nilai Rp 2,9 triliun.
“Saat ini banyak proyek yang masih dalam proses tender pengadaan,” ujar Director of Engineering & Development WSBP, Bambang Dwi Wijayanto dalam keterangan resminya, Selasa (21/3).
Lebih lanjut, Bambang juga menjelaskan bahwa WSBP memiliki kriteria margin keuntungan minimum untuk kontrak dari setiap lini bisnis.
“Secara korporat, target margin laba kotor di sekitar 12%-15% yang ditopang oleh lini manufaktur precast, readymix, dan jasa konstruksi,” kata Bambang.