Kerugian Blibli Membengkak 65% jadi Rp 5,5 Triliun, Ini Penyebabnya
Emiten e-commerce milik Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli.com mencatat kerugian bersih senilai Rp 5,50 triliun sepanjang tahun 2022 atau membengkak 65% dibanding periode sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,33 triliun.
Alhasil, kerugian per saham dasar Blibli.com juga naik menjadi Rp 53 per saham dari tahun sebelumnya rugi Rp 51 per saham.
Sepanjang tahun 2022, BELI tercatat membukukan kenaikan pendapatan sebesar 72,37% menjadi Rp 15,26 triliun dari tahun 2021 yang senilai Rp 8,85 triliun.
Secara rinci, pendapatan bersih Blibli.com dikontribusi dari pendapatan ritel online sebesar Rp 10,42 triliun, naik 38,7% dari tahun sebelumnya Rp 7,51 triliun.
Kemudian, pendapatan dari toko fisik juga naik hampir 300% menjadi Rp 3,58 triliun dari tahun sebelumnya Rp 898,44 miliar. Sedangkan, penjualan dari institusi naik dari sebelumnya Rp 965,51 miliar menjadi Rp 2,47 triliun pada akhir 2022. Sedangkan, pendapatan pihak berelasi juga naik dari sebelumnya Rp 137,92 miliar menjadi Rp 147,77 miliar.
Kenaikan pendapatan juga turut dibarengi oleh naiknya beban pokok pendapatan BELI sebesar 69,6% menjadi Rp 14,04 triliun dibanding akhir 2021 yang tercatat senilai Rp 8,27 triliun.
Sehingga, perusahaan yang melantai di bursa 8 November 2022 ini meraup laba bruto senilai Rp 1,22 triliun dari tahun sebelumnya Rp 579,95 miliar.
Total aset BELI sampai Desember 2022 tercatat sebesar Rp 14,07 triliun mengalami penurunan sebesar 23,45% dari akhir 2021 sebesar Rp 18,38 triliun.
Selanjutnya, liabilitas perusahaan turun menjadi Rp 3,59 triliun dari posisi Desember 2021 yang senilai Rp 8,30 triliun.
Adapun, ekuitas perusahaan sedikit mengalami kenaikan menjadi Rp 10,48 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun.
Pada perdagangan Kamis ini, harga saham Blibli terpantau turun 0,86% ke level Rp 462 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 54,74 triliun.