Mirae Sekuritas Naikkan Target Harga Saham Telkom Jadi Rp 5.100
PT Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi trading buy pada saham emiten telekomunikasi, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menilai, strategi konvergensi seluler tetap (FMC) TLKM akan menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan yang signifikan di masa depan.
“Oleh karena itu, kami menjaga perusahaan dengan rekomendasi trading buy dengan kenaikan target harga sebesar Rp 5.100 dari sebelumnya Rp 4.600,” ujar Robertus dalam risetnya, Selasa (11/4).
Harga tersebut menyiratkan 6,4 kali dari rasio proyeksi EBITDA di 2023. Namun ada potensi risiko mencakup eksekusi Fixed Mobile Convergence (FMC) yang lebih lambat dari perkiraan dan kemungkinan persaingan yang lebih ketat di industri.
Seperti diketahui, Telkom dan Telkomsel baru saja menandatangani Perjanjian Pemisahan Bersyarat (Conditional Spin-off Agreement/CSA) untuk mengintegrasikan IndiHome ke Telkomsel. Menyusul spin off bisnis IndiHome ke Telkomsel, Singtel membeli beberapa saham baru Telkomsel senilai lebih dari Rp 2,7 triliun. Alhasil, kepemilikan Telkom atas Telkomsel naik menjadi 69,9%.
Mirae Asset Sekuritas melihat potensi TLKM konsolidasi terhadap rerata pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU) dan pendapatan untuk mempertahankan prospek pertumbuhan berkelanjutan jika kedua entitas dapat melakukan penggabungan pelanggan melalui beberapa penawaran produk konvergensi.
“Melakukan spin off IndiHome ke Telkomsel dan diharapkan hasil dividen 3,2%-3,9%,” kata Robertus.
Adapun RUPST perseroan dijadwalkan pada 30 Mei 2023. Selain untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham atas aksi korporasi ini, manajemen Telkom juga mengusulkan dividend payout ratio 65% hingga 80%.
Sebagai catatan, per Desember 2022, IndiHome dan Telkomsel memiliki total pelanggan masing-masing lebih dari 9,2 juta dan 156 juta pelanggan. "Berdasarkan perhitungan kami, Telkomsel yang akan menjadi penerima aliran pendapatan IndiHome dinilai lebih," katanya.
Telkom berencana untuk mengkonsolidasikan aset infrastrukturnya di bawah satu nama entitas, yakni InfraCo dari FiberCo. Implementasinya dijadwalkan pada paruh kedua tahun 2023.
“Adapun model pendapatannya, selain leasing afiliasi grup TLKM, kami mengharapkan diversifikasi aliran pendapatan jika entitas baru ini juga dapat menyewakan ke yang lain operator melalui perjanjian berbagi jaringan,” kata Robertus.
Dengan demikian Mirae Asset Sekuritas melihat adanya peluang untuk mencapai efisiensi belanja modal karena kurangnya tumpang tindih antara kedua entitas anak usaha Telkom tersebut.
Sedangkan untuk operational expenditure atau opex juga bisa dioptimalkan karena adanya potensi sharing service dan infrastruktur. Penggabungan dari ‘Grapari Telkomsel’ dengan ‘Plaza Telkom’ juga dianggap untuk menyelaraskan layanannya.