Revlon Terhindar dari Kebangkrutan Usai Diambil Alih Krediturnya
Pada Juni 2022, perusahaan raksasa kosmetik global Revlon Inc mengajukan kebangkrutan dengan beban utang mencapai US$ 3,5 miliar atau setara Rp 54,57 triliun. Perusahaan kesulitan membayar tepat waktu kepada vendor penting dalam rantai pasokan kosmetiknya.
Revlon Inc pada hari Selasa (2/5) mengatakan bahwa mereka telah bangkit dari kebangkrutan setelah diambil alih pemberi pinjamannya sepakat untuk mengurangi hampir 80% utang perusahaan atau sebesar US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 39,5 triliun.
Dikutip dari Reuters, CEO Revlon Inc Debra Perelman mengatakan bahwa Revlon kini lebih kuat setelah kebangkrutan dan memiliki posisi yang baik untuk pertumbuhan jangka panjang.
"Kami berharap dapat membuka potensi penuh dari merek kami yang diakui secara global dan terus menawarkan kepada pelanggan kami produk ikonik yang telah mereka sukai selama beberapa dekade," kata Perelman dikutip dari Reuters, Jumat (5/5).
Sebagai informasi, perusahaan kosmetik yang sudah berdiri sejak 91 tahun lalu mengatakan beban utangnya sebesar US$ 3,5 miliar dan gangguan terkait pandemi membuatnya terlalu tidak mampu melakukan pembayaran tepat waktu kepada vendor dalam rantai pasokan kosmetiknya.
Kini Revlon telah merombak dewan direksi pasca kebangkrutannya dengan eksekutif berpengalaman dari industri konsumen, ritel, dan kecantikan, termasuk mantan CEO Bloomin' Brands, Elizabeth Smith dan mantan CEO Sephora, Martin Brok.
Pemberi pinjaman Revlon mengambil kepemilikan perusahaan dengan imbalan perjanjian pengurangan hutang, menghapus nilai ekuitas pemegang saham yang ada.
Perusahaan yang dimiliki oleh MacAndrews & Forbes, milik miliarder, Ron Perelman memegang 85% saham perusahaan pada saat pengajuan kebangkrutannya, dan saham yang tersisa mengalami lonjakan minat dari investor ritel tahun lalu sebelum jatuh nilainya.
Kini, Glendon Capital Management, King Street Capital Management, Angelo Gordon & Co, dan Oak Hill Advisors menjadi beberapa pemilik baru Revlon Inc.
Managing Director King Street Capital Noah Charney menyatakan sebagai pemilik baru perusahaan bangga untuk "melayani sebagai pengurus dari bisnis Amerika bertingkat."
Kini perusahaan telah mengubah nama perusahaannya menjadi Revlon Group Holdings. Secara resmi, perusahaan mengatakan telah keluar dari kebangkrutan dengan utang US$ 1,5 miliar atau Rp 21,9 triliun, dan likuiditas yang tersedia US$ 236 juta atau Rp 3,45 triliun.
Sebelumnya mengumumkan rencana untuk penghimpunan dana sebesar US$ 670 juta atau Rp 9,81 triliun melalui penjualan saham ekuitas baru setelah kebangkrutannya.