BUMN Usulkan Impor 12 KRL Bekas Jepang, Tunggu Izin Luhut
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menyusun tiga tahap rencana pemenuhan kebutuhan kereta rel listrik (KRL) hingga 2025.
Melalui PT Industri Kereta Api (INKA), Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan beberapa skema, salah satunya akan mengimpor KRL bekas hingga 12 train set dari Jepang.
Namun, Tiko menjelaskan saat ini BUMN tengah berada dalam upaya untuk mengajukan rencana tersebut kepada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Kemudian pada 2024 mendatang, BUMN merencanakan untuk melakukan rekondisi gerbong-gerbong KRL yang suda ada. Maka dari itu, Kementerian BUMN juga mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) tambahan sebesar Rp 3 triliun pada tahun anggaran 2024 untuk PT INKA.
Setelah itu, pada tahun 2025 PT INKA diharapkan sudah berproduksi penuh dan dapat memproduksi kereta listrik menggunakan fasilitas produksi di Banyuwangi, Jawa Timur.
“Yang kita ajukan untuk INKA adalah untuk barang-barang modal yang akan kita gunakan untuk produksi kereta listrik 2025 menggunakan fasilitas yang di Banyuwangi. Saat ini kita ajukan untuk equipment produksi,” ujar Kartika dalam Rapat Kerja BUMN dengan Komisi VI DPR, Senin (5/6).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN, Erick Thohir menegaskan penambahan PMN akan digunakan untuk mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan gerbong kereta pada 2024 mendatang. Erick juga mengatakan penambahan PMN tersebut untuk meminimalisir kebutuhan impor.
“Di INKA sendiri setelah saya periksa memang untuk mengikuti supply untuk kebutuhan kereta api, kemarin salah satunya yaitu melakukan impor tetapi harus diiringi dengan produksi sendiri,” kata Erick.
Menurut Erick, INKA dinilai memiliki kualitas rangkaian kereta listrik (KRL) yang baik. Bahkan, INKA sudah bekerja sama dengan perusahaan asal Swiss, Stadler untuk memasok kebutuhan gerbong kereta api di Asia Tenggara.