Tetapkan Harga Rp 110 per Saham, Teguk Raih Dana IPO Rp 117,8 Miliar
Pengelola bisnis warabala minuman Teguk, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk menetapkan harga penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham Rp 110 per lembar. Awalnya calon emiten dengan kode TGUK ini menawarkan saham perdananya dengan kisaran harga antara Rp 105-112 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau setara 1,07 miliar saham dengan nilai nominal Rp 16 per lembar. Melansir prospektusnya, Selasa (4/7) maka dana yang bisa diraih perseroan sebanyak-banyaknya Rp 117,8 miliar dari IPO.
Selain menerbitkan saham baru, TGUK juga menawarkan waran seri I sebanyak 428,57 juta atau sebanyak 17,14% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Waran seri I ini memiliki rasio 5:1 terhadap saham TGUK. Harga pelaksanaan waran seri I ini yaitu Rp 152 per waran. Maka TGUK berpotensi meraup dana dari waran yaitu Rp 65,14 miliar.
Manajemen menjelaskan bahwa dari hajatan IPO ini, TGUK akan menggunakan 60% hasil IPO untuk belanja modal atau capital expenditure dalam hal pengembangan dan penambahan gerai. Sedangkan 40% lainnya akan digunakan untuk modal kerja.
Sedangkan dana yang diperoleh dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan oleh perseroan sebagai modal kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional TGUK. TGUK menunjuk Semesta Indovest Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Berikut jadwal IPO PT Platinum Wahab Nusantara Tbk :
- Tanggal Efektif : 27 Juni 2023
- Masa Penawaran Umum : 4 Juli - 6 Juli 2023
- Tanggal Penjatahan : 6 Juli 2023
- Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 7 Juli 2023
- Tanggal Pencatatan Saham dan Waran Seri I di BEI : 10 Juli 2023
- Tanggal Awal Perdagangan Waran Seri I : 10 Juli 2023
- Tanggal Akhir Perdagangan Waran Seri I
Pasar Reguler dan Negosiasi : 5 Juli 2024
Pasar Tunai : 8 Juli 2024
- Tanggal Awal Pelaksanaan Waran Seri I 8 Januari 2024
- Tanggal Akhir Pelaksanaan Waran Seri I 9 Juli 2024
Setelah dilaksanakannya penawaran umum perdana saham, TGUK berencana membagikan dividen sebanyak-banyaknya 20% dari laba bersih tahun berjalan. Namun pembagian dividen akan mempertimbangkan beberapa faktor.
Antara lain saldo laba ditahan, kondisi keuangan, arus kas dan kebutuhan modal kerja, serta belanja modal, ikatan perjanjian dan biaya yang timbul terkait ekspansi. Selain itu, kebutuhan pendanaan atas rencana pengembangan usaha pada masa mendatang dan juga risiko akan kerugian yang dibukukan.
“Beberapa faktor tersebut dapat berdampak pada kemampuan untuk membayar dividen, sehingga kami tidak dapat memberikan jaminan akan dapat membagikan dividen,” tulis manajemen.
TGUK melaporkan di prospektusnya bahwa pembagian dividen terakhir kali dilakukan pada 2022 dengan nilai total Rp 8,36 miliar kepada 8.367 saham. Dengan demikian setiap lembar memperoleh dividen Rp 1 juta.
Struktur permodalan dan susunan pemegang saham perseroan pada saat didirikan adalah Najib Wahab Mauluddin dengan komposisi 83% dan Ridwan Andriyana 17%.
Sementara berdasarkan data laporan keuangan tahunan perseroan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dan laba bersih pada tahun lalu. Di mana TGUK membukukan peningkatan pendapatan 15,37% menjadi Rp 128,30 miliar dari tahun sebelumnya Rp 111, 21 miliar. Pendapatan itu didorong kenaikan penjualan atas segmen minuman Rp 120,34 miliar dan makanan Rp 7,95 miliar.
Sementara itu, beban pokok pendapatan sebesar Rp 50,28 miliar atau naik 1,29% dari tahun sebelumnya Rp 49,64 miliar. Alhasil laba kotor tercatat sebesar Rp 78,02 miliar, naik 26,72% dari Rp 61,56 miliar. Sementara itu laba bersih tercatat Rp 12,64 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 46,37% dari tahun 2021 yang hanya Rp 8,63 miliar.