Valuasi BREN dan PGEO Mana yang Lebih Menarik? Ini Jawaban Ellen May
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik taipan Prajogo Pangestu tengah menggelar aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Namun dengan harga penawaran awal berkisar Rp 670-780 per lembar, saham ini dinilai lebih premium dibanding pesaingnya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
BREN akan menambah daftar emiten di sektor energi terbarukan, khususnya tenaga panas bumi tahun ini setelah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melantai di Bursa pada 24 Februari lalu.
Founder dan CEO Emtrade Ellen May mengatakan, merujuk pada kinerja keuangan BREN per kuartal satu 2023 dan mempertimbangkan kas dari IPO, berikut adalah penilaian valuasi BREN dan perbandingannya dengan PGEO pada Jumat (15/9):
- Price/Sales (P/S): Berkisar antara 10,1x-11,8x vs PGEO 9,2x
- Price/Earnings (P/E): Berkisar antara 60,2x-70,1x vs PGEO 25,3x
- Price/Book Value (P/BV): Berkisar antara 14,1x-15,3x vs PGEO 2,1x
- EV/EBITDA: Berkisar antara 16-18x vs PGEO 11,88x
Secara keseluruhan, valuasi BREN lebih premium dibandingkan kompetitornya yakni PGEO. Seperti dikutip dalam laman Emtrade.
“BREN anak usaha BRPT ditawarkan pada EV to EBITDA 16-18x, sebagai catatan PGEO saat ini di harga sekarang EV to EBITDA masih 12x. Jadi valuasinya masih lebih murah PGEO. Jadi 25-33% masih lebih murah dari BREN yang bakalan IPO. Masih lebih murah dibandingkan rata-rata geothermal global yang EV to EBITDA 24x,” ujarnya dalam siaran langsung Instagram Ellen May, Selasa (19/9).
EV to EBITDA adalah singkatan dari enterprise value to EBITDA (earning earning before interest tax, depreciation, and amortization). Rasio ini adalah rasio valuasi yang digunakan untuk menilai mahal murahnya suatu perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan laba usaha atau kas operasi.
Sepanjang kuartal satu 2023 BREN membukukan kenaikan laba bersih 30,96% menjadi US$ 29,24 juta dari periode sama tahun lalu US$ 22,40 juta. Hal ini sejalan dengan pendapatan yang juga naik 10,04% menjadi US$ 147,08 juta dari periode sama tahun lalu US$ 133,65 juta.
Kas dan setara kas BREN melonjak 60,28% mencapai US$ 271,40 juta. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan selama tahun 2023 dan juga karena pembagian dividen kepada pemegang saham pada akhir tahun 2022.
Adapun jumlah saham BREN usai IPO akan meningkat menjadi 134,27 miliar dari sebelumnya 129,77 miliar. Dengan asumsi bahwa harga IPO diambil pada posisi Rp 780 per saham, kemudian dikalikan dengan jumlah saham BREN setelah IPO, maka kapitalisasi pasar BREN akan mencapai sekitar Rp 104,7 triliun. Lebih besar daripada kapitalisasi pasar PGEO di kisaran Rp 59 triliun.
Adapun pelaksanaan IPO BREN berbarengan dengan agenda pemerintah yang menggenjot bauran energi baru terbarukan (EBT) untuk listrik jangka panjang guna mengurangi dampak negatif energi fosil, seperti pencemaran udara.
Fokus pemerintah terhadap hal ini tercermin dalam rencana PT PLN untuk merevisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan tujuan meningkatkan andil EBT hingga mencapai 75%.
“Karena itu potensi pertumbuhan industri EBT di Indonesia relatif besar. Dampaknya juga diharapkan dapat mendorong kinerja perusahaan-perusahaan terkait di sektor tersebut,” tulisnya.
Berdasarkan data dari NS Energy dan Think Geo Energy, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai produsen energi panas bumi terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2022, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia mencapai 2.356 MW.
Sehingga kehadiran BREN di bursa diperkirakan akan memiliki dampak positif pada pertumbuhan permintaan di pasar. Ini pada akhirnya akan menjadi salah satu faktor yang mendukung upaya Indonesia untuk mencapai target sebagai negara dengan kapasitas panas bumi terbesar di dunia pada tahun 2030.
Hal tersebut juga diyakini akan memberikan keuntungan bagi BREN, karena umumnya investor cenderung lebih memilih perusahaan yang memprioritaskan pencapaian target kinerja yang sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Adapun dana yang diperoleh dari IPO juga akan dialokasikan oleh BREN untuk penyetoran modal kepada STAR. Hal ini akan dilakukan melalui pembelian saham baru yang akan diterbitkan oleh STAR. Sekadar informasi, STAR merupakan pemain panas bumi utama tingkat nasional maupun global.
Dana yang diperoleh dari pemenuhan kewajiban oleh STAR akan digunakan untuk keperluan modal kerja, seperti pembayaran gaji, biaya jasa profesional, dan biaya sewa, dan lain sebagainya.