45.892 Pemegang Saham Sritex Telan Pil Pahit, Rugi dan Bisa Delisting
Merosotnya penjualan menjadi penyebab salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex masih merugi pada kuartal tiga 2023.
Adapun per 31 Oktober 2023, berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek, jumlah pemegang saham SRIL sebanyak 45.892. Pil pahit bahwa perseroan masih merugi kinerjanya juga menambah was-was para pemegang saham atas langkah Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebab saham emiten garmen tersebut terancam dihapuskan pencatatan sahamnya dari BEI alias delisting. Adapun masa penghentian sementara atau suspensi saham SRIL telah mencapai 30 bulan pada tanggal 18 November 2023. Pengumuman itu disampaikan pihak Bursa pada Selasa (21/11).
Sementara secara kinerja, menilik laporan keuangan dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Rabu (22/11) Sritex masih mencatatkan rugi bersih US$ 115,20 juta atau setara Rp 1,78 triliun pada periode Januari hingga September 2023. Sedangkan pada periode sebelumnya, SRIL catat rugi sebanyak US$ 147,76 juta atau senilai Rp 2,29 triliun. Kerugian tersebut nampak berkurang.
Adapun penjualan Sri Rejeki Isman merosot 48% hingga mencapai US$ 248,5 juta atau sebanyak Rp 3,85 triliun. Dibanding pada periode yang sama sebelumnya US$ 474,17 juta atau setara dengan Rp 7,35 triliun.
Secara rinci, penjualan ini didominasi dari segmen pemintalan sebesar US$ 154,4 juta, pertenunan US$ 12,33 juta, finishing kain sebanyak US$ 60,44 juta, hingga konveksi sebesar US$ 21,26 juta.
Berdasarkan wilayah, penjualan Sritex pada segmen domestik mencapai US$ 116,87 juta atau senilai Rp 1,81 triliun. Penjualan tersebut merosot sebanyak 30% dibanding periode yang sama sebelumnya sebanyak US$ 167,55 juta atau setara dengan Rp 2,59 triliun.
Kemudian untuk segmen luar negeri, Sritex mencatatkan penjualan paling banyak ke Asia sebanyak US$ 96,41 juta. Lalu disusul Eropa sebanyak US$ 15,67 juta, Amerika Serikat dan Amerika Latin US$ 16,64 juta, Uni Emirat Arab dan Afrika sebesar US$ 2,69 juta, dan ke Australia sebesar US$ 191.940.
Dengan turunnya penjualan, beban pokok penjualan SRIL juga merosot sebanyak 51% menjadi US$ 315,08 juta atau senilai Rp 4,88 trilun dari periode yang sama sebelumnya US$ 638,97 juta.
Di sisi lain, ekuitas perseroan tercatat minus sebesar US$ 895,53 juta, naik dibandingkan dengan periode Desember 2022 yang tercatat sebesar minus US$ 781,01 juta.
Adapun jumlah liabilitas naik tipis menjadi US$ 1,54 miliar dari periode September 2022 yang tercatat sebesar US$ 1,54 miliar. Rinciannya, liabilitas jangka pendek sebesar US$ 106,41 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$ 1,44 miliar.
Sementara jumlah aset tercatat US$ 653,51 juta pada September 2023 dari akhir tahun lalu US$ 764,55 juta.
Dari laporan bulanan registrasi pemegang efek BEI per 31 Oktober 2023 disebutkan bahwa PT Huddleston Indonesia menguasai 59,03% saham SRIL. Sisanya Iwan Kurniawan 0,53%, Vonny Imelda Lukminto 0,01%, Iwan Setiawan 0,53%, Margaret Imelda 0,01%, Lenny Imelda Lukminto 0,01%, dan masyarakat 39,89%. Sedangkan penerima manfaat akhir dari kepemilikan saham tercantum Iwan Setiawan.