Raih Dana Rp 179 Miliar dari IPO, CGAS Gencar Bangun Depo Baru
Emiten yang bergerak dibidang perdagangan dan distribusi gas alam, PT Citra Nusantara Gemilang Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui initial public offering (IPO) saham, Senin (8/1). Perusahaan dengan kode emiten CGAS merupakan emiten kedua di 2024 dan emiten ke-905 di BEI.
Seluruh dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 179 miliar, dikatakan Direktur Utama Citra Nusantara Gemilang, Andika Purwonugroho akan dipergunakan untuk pembayaran dalam rangka pembangunan LNG Station di Galian Field Tambun Zone 7 Regional 2 atau sekitar 90% dari belanja modal pada 2024. Andika menyatakan bahwa capex untuk proyek LNG merupakan yang terbesar.
“Saat ini masih proses regulasi untuk pembangunan LNG Station. Kami targetkan kuartal satu sudah mulai pembangunan dan commissioning di 2024 ini,” kata Andika dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/1).
Selain mengembangkan LNG, CGAS juga berencana melakukan ekspansi usaha ke beberapa daerah dengan membangun mother station baru yang lebih mendekati target pasar. Pembangunan tersebut berlokasi di Grobogan Purwodadi, Jawa Tengah dengan kapasitas plant 1,5 MMSCFD. Lalu di Majalengka berkapasitas plant 1 MMSCFD, serta di Manyar, Gresik, Jawa Timur berkapasitas plant 2 MMSCFD.
Kemudian, proyek lainnya akan dilakukan di Palembang dan akan diteruskan ke Lampung. Andika juga mengungkapkan proyek-proyek adalah pembangunan depo, bukan stasiun baru dengan teknologi baru. Adapun biaya pendirian satu depo LNG diperkirakan sekitar Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar, termasuk biaya distribusi.
Pada debut perdananya, saham CGAS dibuka naik 24,85% ke level Rp 422 per lembar. Namun sayangnya pada pukul 09.05 WIB, saham emiten sektor energi itu terpantau merosot 8,88% ke level Rp 308 per saham.
Sedangkan pada penutupan perdagangan Senin (8/1), saham CGAS menguat 3,55% ke Rp 350 per lembar. Volume saham yang diperdagangkan tercatat 310,14 juta dengan nilai transaksinya Rp 100,11 miliar. Sementara frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 53.996 kali. Adapun kapitalisasi pasar Citra Nusantara Gemilang tercatat senilai Rp 620 miliar.
Sebelumnya, CGAS menawarkan harga penawaran umum perdana di kisaran Rp 284 - 338 per lembar saham. Dalam aksi korporasi ini, perusahaan menerbitkan 531,42 juta saham dengan nilai Rp 50 per saham atau 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana segar sebanyak Rp 179,62 miliar.
Bersamaan dengan hal itu, CGAS juga menerbitkan sebanyak 265,71 juta Waran Seri I atau sebesar 21,43% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Dengan rincian, setiap pemegang dua saham yang ditawarkan berhak memperoleh satu Waran Seri I.
Andika mengatakan, langkah perusahaan mencatatkan sahamnya di BEI merupakan tonggak baru bagi CGAS. Hal ini menjadikan perusahaan untuk terpacu meningkatkan kinerja, serta pertumbuhan secara positif.
"Juga merealisasikan seluruh target untuk berkembang dan berinovasi sehingga berdampak positif bagi perseroan," ungkap Andika.
Pada aksi korporasi ini, manajemen CGAS menunjuk PT Pilarmas Investindo Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek. Direktur Pilarmas Investindo, William Siddharta mengungkapkan, tingginya antusias masyarakat untuk memiliki saham CGAS sudah tercermin di pasar primer. Perusahaan mengalami kelebihan permintaan hingga 93,23 kali dari porsi penjatahan terpusat.
“Adanya oversubscribed terhadap porsi penjatahan terpusat sebesar 93,23 kali. Di mana dana investor yang masuk untuk memperebutkan porsi pooling saham CGAS mencapai Rp 2,51 triliun,” sebut William.
Selain itu, sebanyak 10% akan digunakan untuk modal kerja. Sedangkan dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I, apabila dilaksanakan oleh pemegang saham, akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja perseroan.
Sedangkan berdasarkan laporan keuangan, laba neto CGAS untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2021 sebesar Rp 3,76 miliar atau meningkat 218,77% sebanyak Rp 6,93 miliar dibandingkan dengan periode 31 Desember 2020 yang rugi sebesar Rp 3,16 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp 6,77 miliar atau sebesar 353,70%.