Direktur Ini Kembali Borong Saham BMRI, Kini di Rp 7.012 per Lembar

Nur Hana Putri Nabila
29 Februari 2024, 12:02
Direktur Ini Kembali Borong Saham BMRI, Kini di Rp 7.012 per Lembar
Bank Mandiri
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Commercial Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Riduan memborong saham BMRI di level rata-rata yang diperdagangkan, yakni Rp 7.012 per lembar saham. Transaksi pembelian dilakukan pada 23 Februari 2024.

Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan, Riduan menjala 100.000 saham dengan harga Rp 7.012 per lembar. Jika dikalkulasikan, ia mengeluarkan kocek Rp 701,2 juta untuk mengakumulasi saham BMRI.

"Tujuan transaksi adalah untuk investasi," tulis Teuku Ali Usman dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (29/2).  

Dari transaksi ini, jumlah saham yang digenggam Riduan menjadi sebanyak 7,4 juta lembar atau 0,00793% jika dibandingkan dari sebelumnya 7,3 juta lembar atau sebanyak 0,00793%.

Sebelumnya, Riduan juga memborong saham dalam dua kali transaksi. Pertama, Riduan membeli 50.000 lembar saham BMRI di level harga Rp 7.200 pada 15 Februari 2024. Kemudian, Riduan memborong 250.000 saham BMRI pada 16 Februari 2024 di level harga Rp 7.225 per lembar saham. 

Adapun pada perdagangan Kamis (29/2) saham BMRI ditutup turun 1,05% atau 75 poin ke Rp 7.050 per lembar di sesi satu. Dalam satu bulan ini harga saham BMRI naik 8,88% dan setahun menguat hingga 39,6%.

Di sisi lain, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi menyematkan rating overweight pada saham BMRI dengan target harga Rp 7.800 atau naik 9,86%. Target tersebut mencerminkan price per book value sepanjang 2024 yaitu sebesar 1,75 kali.

“Hal ini ditopang oleh kinerja pertumbuhan segmen wholesale-retail banking dan pencapaian net interest margin (NIM) yang solid,” tulis Leonardo dalam risetnya dikutip Kamis (29/2). 

Namun, Leonardo menyebut terdapat risiko yang perlu diperhatikan, seperti ketidakpastian dalam situasi makro dan politik dan persaingan yang semakin ketat di antara bank-bank. Tak hanya itu, ekspektasi pertumbuhan pinjaman dan kinerja yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi, serta penurunan NIM juga perlu diperhatikan.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Lona Olavia

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...