Intip Target dan Strategi Pertumbuhan Latinusa di Tahun Ini
Emiten logam PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa memproyeksikan kenaikan volume penjualan hingga 19% pada tahun ini.
Presiden Direktur Pelat Timah Nusantara, Jetrinaldi mengatakan bahwa tahun ini perusahaan berharap banyak seiring momen pemilihan presiden 2024 yang telah berakhir. Ia menyebut tahun ini perusahaan akan memanfaatkan momentum demi mengerek kenaikan.
Tak hanya penjualan, Jetrinaldi juga membidik kenaikan laba sebanyak 60-70% pada 2024. Ia mengatakan bahwa perusahaan akan menggenjot dari sisi produksi. Berdasarkan laporan keuangannya, Latinusa membukukan rugi tahun berjalan sebanyak US$ 3,66 juta atau setara Rp 57,41 miliar (kurs Rp 15.686 per dolar AS). Nilai tersebut longsor 151,45% dari raihan tahun 2022 yang membukukan laba US$ 7,12 juta atau senilai Rp 111,96 miliar.
“Target laba sedikit lebih rendah dari 2022, 70% dan itu harapannya 60%-70%,” kata Jetrinaldi dalam paparan publik insidentil secara virtual, Kamis (21/3).
Oleh sebab itu, NIKL menyiapkan strategi untuk perusahaan ke depannya, yang terfokus pada dua hal utama. Pertama, kata Jetrinaldi, meningkatkan penjualan untuk meningkatkan pendapatan, serta meningkatkan efisiensi biaya produksi dan biaya tetap. Perusahaan telah memulai langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi sejak akhir 2023.
Perusahaan juga berencana untuk meminta saran dan dukungan dari Departemen Industri serta pemerintah untuk mengatasi tantangan dari pesaing impor. Meskipun Latinusa satu-satunya perusahaan dalam industri tersebut, mereka menghadapi persaingan dari industri impor yang memasuki pasar Indonesia.
“Kami juga minta dukungan pemerintah agar konsumen dalam negeri saling membantu, masalah permintaan ini bukan hanya terjadi di kami, tapi industri hilirisasi ini,” kata ia.
Terkait anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex), perusahaan menggelontorkan sebanyak US$ 2,2 juta untuk pembelian investasi. Hal tersebut demi melengkapi di pabrik perseroan agar kapasitas produksi tetap terjaga sehingga kualitas produksi bisa memuaskan pelanggan NIKL.
Sebelumnya, NIKL juga tercatat membukukan penurunan penjualan menjadi US$ 171,08 juta pada sepanjang 2023 atau anjlok 33% dibandingkan pada 2022 sebesar US$ 255,34 juta.
Direktur komersial NIKL, Herman Arifin mengatakan hal itu disebabkan rendahnya permintaan dalam negeri sehingga turun 21,12%. Tak hanya itu, penjualan lokal menjadi satu-satunya kontributor pendapatan utama NIKL, yakni tidak ada penjualan ekspor.