Bank DBS Indonesia Cetak Rekor Laba Rp 1,7 Triliun, melonjak 87,8%
PT Bank DBS Indonesia mencapai rekor laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun tepatnya Rp 1,69 triliun, serta pertumbuhan kredit 15% dalam laporan keuangan 2023.
Laba bersih DBS tercatat melonjak 87,83% atau sebesar Rp 790,17 miliar, mencetak rekor baru menjadi Rp 1,69 triliun, dibandingkan dengan Rp 899,65 miliar pada tahun 2022.
Return on Equity (ROE) pun meningkat signifikan menjadi 15,94% dari 9,94% pada tahun 2022 dan Return on Assets (ROA) meningkat menjadi 2,06% dari 1,21% pada tahun lalu.
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menjelaskan, tahun 2023 merupakan tahun yang penuh tantangan seperti adanya faktor geopolitik, masa pra-pemilu, dan juga rangkaian kebijakan finansial yang memengaruhi berbagai kondisi ekonomi di Indonesia. Namun demikian, Bank DBS Indonesia bisa meningkatkan efisiensi perusahaan dan volume bisnis secara keseluruhan.
“Hal ini ditunjang oleh pengambilan langkah-langkah strategis yang tepat untuk mengembangkan berbagai produk dan layanan, serta mencerminkan keputusan investasi strategis Bank dan responsivitas terhadap dinamika pasar," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (28/3).
Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank DBS Indonesia sambung Lim berkomitmen untuk menjaga kesehatan likuiditasnya, termasuk memantau arah dan proyeksi kebijakan suku bunga.
Lebih dari itu, pendapatan bunga bersih meningkat 21,74% menjadi Rp 5,06 triliun sejalan dengan peningkatan Net Interest Margin (NIM) 79 basis poin menjadi 6,02% dibandingkan tahun lalu sebesar 5,23%. Peningkatan marjin bunga bersih ini merupakan hasil dari upaya bank dalam menerapkan kebijakan strategisnya dalam manajemen likuiditas yang berhati-hati di tengah kondisi pasar yang berubah.
Pendapatan operasional lainnya juga mengalami kenaikan sebesar 54,79% pada tahun 2023, mencapai Rp 1,76 triliun dibandingkan dengan Rp 1,14 triliun pada tahun sebelumnya.
“Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan pendapatan dari aktivitas investasi efek dan obligasi pemerintah, yang meningkat menjadi Rp 1 triliun pada tahun 2023 dari Rp 278,55 miliar pada tahun sebelumnya,” sebutnya.
Selanjutnya, total aset bank melonjak menjadi Rp 112,97 triliun, naik 13,79% dari Rp 99,28 triliun yang tercatat pada tahun 2022. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh lonjakan obligasi pemerintah yang dimiliki yang meningkat 82,15% atau sebesar Rp 12,43 triliun menjadi Rp 27,56 triliun.
Lalu pinjaman yang diberikan yang meningkat 14,98% menjadi Rp 63,44 triliun pada 2023. Sementara itu, simpanan nasabah melonjak menjadi Rp 84,27 triliun, tumbuh 16,64% atau Rp 12,02 triliun dari Rp 72,25 triliun tahun sebelumnya.
Adapun untuk segmen perbankan ritel, kredit unit Consumer Banking Group (CBG) meningkat 24% dari tahun lalu. Pada tahun 2023, CBG memberikan kontribusi sebesar 18% terhadap total penyaluran kredit dan 47% terhadap total penghimpunan dana Bank DBS Indonesia.
Sepanjang tahun 2023, segmen CBG mencatatkan pertumbuhan kredit di hampir seluruh produk yaitu ecosystem lending, personal loan, dan kartu kredit masing-masing sebesar 60%, 28% dan 13% dibandingkan dengan tahun 2022.
Aplikasi digibank by DBS telah diunduh sebanyak 1 juta kali sejak diluncurkan pada 2018. Melalui serangkaian inovasi yang dilakukan dalam setahun terakhir, sepanjang tahun 2023, aplikasi digibank by DBS telah melayani lebih dari 7,6 juta transaksi, naik 7 persen dari tahun sebelumnya dengan total nilai transaksi lebih dari 59 triliun rupiah, meningkat 14 persen dari tahun 2022.
Selain itu, platform digital DBS IDEAL dan DBS RAPID (Real Time Application Programming Interface/API by DBS) telah berhasil mengelola hampir 100 juta transaksi pada 2023. Platform digital ini dapat melayani berbagai kebutuhan transaksi di mana pun dan kapan pun untuk berbagai nasabah, baik korporasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), maupun fintech. Nilai transaksi oleh fitur ini mencapai lebih dari Rp 600 triliun dengan volume tumbuh sebesar 96%.
Kinerja positif ini juga memberikan pertumbuhan modal organik yang sehat, di mana Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami peningkatan menjadi 25,16% dari tahun lalu sebesar 23,58%. Pencapaian ini jauh di atas ketentuan minimum sesuai profil risiko bank, yaitu sebesar sebesar 10% disamping buffer yang wajib disediakan sebesar 2,5%.