Harga Batu Bara Lesu, Laba Bersih BUMI Tergerus 97% jadi Rp 172 Miliar
Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), membukukan penurunan laba bersih yang signifikan 97% menjadi US$ 10,09 juta atau sekitar Rp 172 miliar, asumsi kurs Rp 15.848 per dolar AS pada tahun buku 2023. Perolehan ini turun tajam US$ 514 juta dari capaian tahun 2022 yang senilai US$ 525,3 juta atau sebesar Rp 8,32 triliun.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, sepanjang tahun lalu, BUMI membukukan penurunan pendapatan 22,9% menjadi US$ 6,57 miliar, sekitar Rp 104,12 triliun dari tahun sebelumnya US$ 8,53 miliar atau Rp 135,18 triliun.
"Pendapatan tersebut turun tajam karena kondisi pasar dan harga batu bara yang turun 33% secara tahunan," kata Director & Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava, dikutip Jumat (29/3).
Tercatat, realisasi harga rata-rata batu bara pada 2023 berada di level US$ 81,3 per ton dibanding tahun 2022 sebesar US$ 121 per ton.
Dileep juga menambahkan, dari sekitar 40% pendapatan tersebut dibayarkan untuk royalti, pajak dan subsidi yang secara signifikan mempengaruhi likuiditas dan marjin.
Selain faktor itu, tergerusnya laba BUMI juga disebabkan karena tingginya harga bahan bakar. Bumi Resources juga penyuplai batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik seperti listrik, semen dan pupuk dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah yang turut menekan pendapatan dan marjin.
Dari sisi perolehan EBITDA, pada 2023 tercatat mengalami penurunan tajam menjadi US$ 302,5 juta dari tahun 2022 yang mencapai rekor tertinggi US$ 1,23 miliar.
Sepanjang tahun 2023, perusahaan yang sahamnya dikendalikan Mach Energy dan Long Haul Holdings ini membukukan kenaikan penjualan batu bara 13% menjadi 78,7 juta ton dari tahun sebelumnya US$ 69,4 juta ton. Sementara, batu bara yang ditambang perusahaan juga naik 8% menjadi US$ 77,8 juta ton dari tahun sebelumnya US$ 71,9 juta ton.
Meski pendapatan dan laba turun, Dileep menyebut perusahaan telah melakukan efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari penurunan beban usaha yang terpangkas 30,8% menjadi US$ 234 juta, dari tahun sebelumnya US$ 338,3 juta.