Di Tengah Skandal Mega Korupsi, PT Timah Bakal Gelar RUPST 8 Mei
PT Timah Tbk (TINS) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 8 Mei 2024. Dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (1/4) manajemen Timah mengatakan bahwa RUPST akan digelar pukul 16.00 WIB di Hotel Borobudur, Jakarta.
Rapat akan digelar di tengah terkuaknya skandal mega korupsi yang disinyalir bisa merugikan negara hingga Rp 271 triliun. Mega korupsi antara lain melibatkan nama-nama besar seperti suami aktris Sandra Dewi yakni Harvey Moeis dan crazy rich PIK Helena Lim.
Pemegang saham yang berhak menghadiri dan memberikan suara dalam rapat adalah pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan dan atau yang Rekening Efeknya terdaftar di KSEI pada penutupan perdagangan saham perseroan di BEI pada Jumat (5/4) mendatang pukul 16.00 WIB.
Pemegang saham dapat mengusulkan mata acara rapat dengan memenuhi Pasal 16 POJK No 15/2020 dan Pasal 23 ayat 6 huruf b angka 1 Anggaran Dasar Perseroan. Usulan tersebut dibuat tertulis oleh pemegang saham dan diterima secara patut oleh direksi perseroan paling lambat tujuh hari sebelum pemanggilan rapat yakni Jumat (5/4).
Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek yang berakhir pada 29 Februari 2024 jumlah pemegang saham TINS tercatat ada sebanyak 54.030, berkurang 399 dari bulan sebelumnya.
Secara kinerja, PT Timah tercatat mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 449,69 miliar pada 2023. Padahal di tahun 2022, emiten pelat merah ini mampu mencetak laba bersih Rp 1,04 triliun.
Kerugian Timah sejalan dengan laju pendapatan yang turun dari Rp 12,5 triliun pada 2022 menjadi Rp 8,39 triliun pada tahun 2023. Sementara beban pokok pendapatan turun ke Rp 7,92 triliun di 2023, dari sebelumnya Rp 9,97 triliun di 2022.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani mengatakan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.
Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseroan.
“Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar US$ 4.891 per metrik ton dari tahun 2022 berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan di tahun 2023,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Pada perdagangan Senin (1/4) pukul 15.40 WIB saham TINS terpantau merosot 2,4% atau 20 poin ke Rp 810 per lembar. Dalam sepekan saham TINS naik 1,89% dan setahun anjlok 20,87%.