Bos Timah Targetkan Produksi Naik Dua Kali Lipat di 2024
PT Timah Tbk (TINS) menargetkan produksi bijih timah sebanyak 30 ribu ton pada 2024. Target tersebut naik dua kali lipat dibandingkan dengan produksi di 2023 sebanyak 14 ribu ton.
Direktur Utama PT Timah Tbk Ahmad Dani Virsal mengatakan kenaikan target produksi bijih timah itu merupakan salah satu strategi perusahaan untuk mencetak laba dan meningkatkan tata kelola perusahaan. Perusahaan memproyeksikan ekspor timah ke negara-negara Asia akan berkontribusi sebesar 50% terhadap total pendapatan TINS pada tahun ini.
Negara-negara Asia yang menjadi tujuan ekspor timah adalah Korea Selatan, Jepang, Cina, dan Taiwan. Sementara itu, penjualan di pasar domestik akan difokuskan untuk kebutuhan industri elektronik.
Ahmad Dani juga mengatakan, tahun ini perusahaan akan menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 700 miliar. Belanja modal itu akan dialokasikan untuk perbaikan alat kerja, pengembangan, dan pemeliharaan. TINS juga akan mengalokasikan belanja modal untuk pembelian kapal untuk mendukung produksi dan penambahan infrastruktur perusahaan.
“Kami akan mengatur cash flow agar tetap positif,” kata Ahmad dalam Media Gathering PT Timah Tbk di Jakarta Pusat, Rabu (3/4).
Sebelumnya, TINS membukukan rugi tahun berjalan sekitar Rp 449,67 miliar pada 2023. Kondisi ini berbalik dari tahun 2022, di mana perusahaan mencatatkan laba Rp 1,04 triliun. Pembalikan laba menjadi rugi ini beriringan dengan penurunan pendapatan.
Pendapatan PT Timah Tbk pada 2023 mencapai Rp 8,39 triliun, merosot 32,9% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan pendapatan 2022 sebesar Rp 12,50 triliun. Menurut keterangan resmi perusahaan, kinerja mereka turun karena dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari kondisi pasar global hingga maraknya pertambangan ilegal.
Seiring dengan kinerja yang kurang memuaskan tersebut, Ahmad mengungkapkan beberapa strategi perusahaan. Ahmad meminta dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas timah. Dengan demikian, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan melalui regulasi yang tepat.
“Pemerintah harus support agar komoditas yang kita upayakan memiliki nilai yang lebih tinggi, dan kita bisa berkelanjutan memanfatkan sumber daya alam, itu perlu regulasi,” ujar Ahmad. Ia mengatakan saat ini tata kelola pertambangan dan niaga timah di Indonesia kurang efektif, sehingga menyulitkan perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya.