Meski Pendapatan Naik, Garuda Indonesia Rugi Rp 1,4 T per Maret 2024
PT Garuda Indonesia Tbk membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 711,98 juta atau setara dengan Rp 11,58 triliun (asumsi kurs Rp 16.265,15/US$). Raihan pendapatan usaha sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, tercatat tumbuh 18,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mengutip keterangan resmi perseroan, pendapatan usaha ditopang oleh pertumbuhan pendapatan lini penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 599,01 juta atau setara dengan Rp 9,74 triliun. Pendapatan dari lini ini, tercatat tumbuh 18,19% dibandingkan kuartal I-2023.
Selain itu, pertumbuhan penerbangan tidak berjadwal juga menunjukan potensi yang menjanjikan. Sepanjang kuartal I-2024, lini ini mencatatkan pertumbuhan 53,57% menjadi US$ 19,67 juta. Sementara, lini pendapatan lainnya juga turut menunjukkan konsistensi pertumbuhan, dengan mencatatkan peningkatan sebesar 11,92% menjadi US$ 92,28 juta.
Meski mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup baik, Garuda Indonesia masih membukukan rugi bersih pada tiga bulan pertama tahun ini. Per 30 Maret 2024, perusahaan secara grup mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 86,82 juta atau setara dengan Rp 1,41 triliun.
"Rugi bersih yang dibukukan perseroan, utamanya disebabkan karena pada Januari-Maret dikenal sebagai periode low season bagi industri penerbangan," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/5).
Meski mencatatkan rugi bersih, jumlahnya tercatat turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal I-2023, perseroan membukukan rugi bersih sebesar US$ 110,04 juta atau 1,78 triliun.
Dari sisi frekuensi penerbangan, maskapai penerbangan pelat merah ini masih mencatatkan pertumbuhan. Sepanjang kuartal I-2024, frekuensi penerbangan maskapai pelat merah ini tercatat mencapai 39,7 ribu penerbangan. Jumlah ini tumbuh 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja operasional juga menunjukkan landasan kinerja yang kuat, dimana Garuda Indonesia mengangkut sebanyak total 5,42 juta penumpang sepanjang kuartal 1-2024, atau meningkat sekitar 19% dibandingkan jumlah penumpang pada Kuartal 1-2023.
Secara perinci, jumlah tersebut terdiri dari 2,42 juta penumpang Garuda Indonesia sebagai mainbrand dan 3 juta penumpang Citilink. Trafik penumpang di periode tersebut, juga mencatatkan peningkatan signifikan, dengan penumpang rute penerbangan internasional tercatat tumbuh sebesar 47,59% dibandingkan pada kuartal 1-2023, menjadi 536.441 penumpang.
“Pertumbuhan signifikan penumpang rute internasional menjadi outlook menjanjikan dan menandakan momentum pemulihan bagi trafik penerbangan internasional Garuda Indonesia di tahun ini. Hal ini yang kedepannya akan terus kami optimalkan dengan berbagai upaya peningkatan frekuensi penerbangan secara terukur, selaras dengan peningkatan demand pasar”, kata Irfan.
Sementara, dari sisi capaian seat load factor (SLF), rata-rata tingkat keterisian Garuda Indonesia sepanjang kuartal pertama tahun ini, tercatat sebesar 74,66%. Kemudian, dari sisi angkutan kargo, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan kargo sebesar 16 ribu ton kargo yang didominasi oleh pengiriman domestik.
Irfan menjelaskan, ke depan perseroan akan terus meningkatkan kinerja usaha dengan memperkuat fundamental perusahaan, salah satunya melalui peningkatan kapasitas produksi dan margin.
Upaya tersebut, dilakukan dengan memperkuat portofolio bisnis, baik melalui perluasan jaringan penerbangan, dan peningkatan traffic penumpang. Lalu, optimalisasi lini pendapatan ancillary, hingga penerapan cost leadership secara berkelanjutan.
"Semua upaya ini dilakukan untuk mendorong kinerja usaha Garuda Indonesia yang semakin agile dan adaptif dalam mengoptimalkan potensi pendapatannya," ujar Irfan.
Tahun ini, Garuda Indonesia akan fokus mengoptimalkan pendapatan usaha melalui sejumlah aksi korporasi, di antaranya penguatan armada dengan penambahan delapan pesawat yang terdiri dari empat narrow body jenis Boeing 737-800NG, dan empat wide-body jenis Boeing 777-300ER dan Airbus 330-300, masing-masing dua unit.
Pesawat-pesawat baru ini akan datang secara bertahap sepanjang 2024, untuk memaksimalkan tingkat keterisian penumpang serta mendukung perluasan jaringan penerbangan, baik domestik maupun internasional.