Timah Rombak Jajaran Direksi dan Absen Bagi Dividen

Patricia Yashinta Desy Abigail
Oleh Patricia Yashinta Desy Abigail - Nur Hana Putri Nabila
8 Mei 2024, 21:00
Timah Rombak Jajaran Direksi dan Absen Bagi Dividen
PT Timah Tbk
PT Timah Tbk (TINS)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Timah Tbk (TINS) merombak jajaran direksi dalam putusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan atau RUPST, Rabu (8/5) di Jakarta.

Rapat tersebut mengukuhkan pemberhentian dengan hormat Direktur Pengembangan Usaha yaitu Koko Wigyantoro serta Direktur Sumber Daya Manusia Tigor Pangaribuan.

RUPST juga menyetujui pengangkatan Dicky Octa Zahriadi sebagai Direktur Pengembangan Usaha dan Bapak Hendra Kusuma Wardana sebagai Direktur Sumber Daya Manusia. 

Selain itu, Timah juga tidak membagikan dividen pada tahun 2023 usai mencatatkan kerugain. Pada 2023, Timah membukukan pendapatan Rp 8,4 triliun dengan EBITDA sebesar Rp 684,3 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 449,7 miliar. 

Direktur Utama Timah Ahmad Dani Virsal mengatakan, perusahaan fokus pada perbaikan bisnis, peningkatan produksi dan pembukaan lokasi baru serta program efisiensi berkelanjutan. 

"Perseroan terus beradaptasi terhadap kondisi bisnis pertimahan. Terlebih saat ini timah menjadi salah satu logam yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan berbagai industri," kata Ahmad dalam konferensi pers, Rabu (8/5). 

Dengan disetujuinya perubahan tersebut, maka susunan pengurus perseroan menjadi sebagai berikut:

Komisaris

  • Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen : M. Alfan Baharudin
  • Komisaris Independen : Agus Rajani Panjaitan
  • Komisaris : Yudo Dwinanda Priaadi
  • Komisaris : Rustam Effendi
  • Komisaris : Sufyan Syarif

Direksi

  • Direktur Utama : Ahmad Dani Virsal
  • Direktur Operasi dan Produksi : Nur Adi Kuncoro 
  • Direktur Keuangan : Fina Eliani
  • Direktur SDM : Hendra Kusuma Wardana
  • Direktur Pengembangan Usaha : Dicky Octa Zahriadi 

Perbaiki Tata Kelola 

Anggota holding MIND ID ini juga terus berupaya untuk memperbaiki tata kelola secara berkelanjutan. Hal itu seiring dengan Kejaksaan Agung (Kejagung) mengusut perkara dugaan korupsi tata niaga timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015 hingga 2022. 

Dugaan kerugian negara akibat korupsi tambang termasuk dampak lingkungan yang ditimbulkan ditaksir mencapai Rp 271 triliun. Perkembangan terbaru, Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung menetapkan 21 orang tersangka tambahan dalam perkara tersebut.

Di samping itu, Manajemen PT Timah mengatakan pasokan timah saat ini berkontribusi besar untuk memenuhi kebutuhan timah global. Sebagai salah satu produsen timah terbesar di dunia, komoditas timah Indonesia juga menjadi penyokong devisa negara. 

Menyadari kebutuhan timah di masa yang akan datang, pemerintah Indonesia terus memperbaiki tata kelola dan tata niaga timah dalam negeri. Manajemen perusahaan BUMN itu menyebut upaya perbaikan tata kelola timah dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir. 

“PT Timah Tbk merupakan perpanjangan tangan pemerintah sebagai badan usaha negara dalam mengelola sumber daya alam timah,” tulis manajemen TINS dalam keterangan resminya, Rabu (8/5). 

Selain itu, dalam melaksanakan proses bisnisnya, TINS berupaya untuk terus menjalankan proses bisnis dengan tata kelola yang baik. Manajemen berharap hal itu dapat menjadi contoh pengelolaan komoditas tambang timah yang bernilai tambah secara optimal.

Kemudian perseroan pun ikut proaktif menyuarakan implementasi tata kelola pertambangan yang baik di tengah maraknya penambangan timah tanpa izin. Perseroan berharap agar bisnis pertambangan timah dapat berjalan dan terus mengedepankan regulasi yang berlaku.

Perusahaan mengakui, kinerja keuangan kuartal pertama memperlihatkan performa yang belum menggembirakan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik, lemahnya permintaan logam timah global ditengah aktivitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja.

Sepanjang Januari–Maret 2024, TINS membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 29,54 miliar. Keuntungan ini anjlok 41% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 50,27 miliar.  Perusahaan membukukan pendapatan Rp 2,05 triliun, turun 5,3% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu senilai Rp 2,17 triliun.  

Manajemen TINS mengungkapkan penurunan pendapatan terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 1,9% dari USD 26.573 per metrik ton di kuartal I 2023, menjadi USD 27.071 per metrik ton di kuartal I 2024. Tak hanya itu, perusahaan mencatatkan penurunan harga pokok pendapatan sebesar 7,7% dari Rp 1,91 triliun di kuartal I 2023 menjadi Rp 1,76 triliun di kuartal I 2024.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail, Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...