Prajogo Pangestu Terkaya 25 Dunia, Hartanya Tembus Rp 1.013 Triliun
Orang terkaya nomor satu di Indonesia, Prajogo Pangestu kini masuk jajaran 25 orang terkaya di dunia. Berdasarkan Forbes Real Time Billionaire pada Kamis (30/5), nilai kekayaan bersihnya kini tercatat US$ 62,4 miliar atau setara dengan Rp 1.013 triliun dengan asumsi kurs 16.245 per dolar AS.
Nilai ini memperhitungkan valuasi harga saham yang terafiliasi dengan empat saham Grup Barito yang turut dikendalikannya. Paling anyar, PT Barito Renewables Tbk (BREN) sahamnya terus melejit dan memuncaki kapitalisasi tertinggi pasar modal dalam negeri.
Kekayaan bersih Prajogo kian mengalahkan harta pemilik Bayan Resources, Low Tuck Kwong US$ 24,4 miliar atau senilai Rp 396,43 triliun. Harta Prajogo juga lebih tinggi dari duo pemilik Grup Djarum, R. Budi Hartono US$ 23,1 miliar dan Michael Hartono US$ 22,2 miliar.
Siapa sangka, konglomerat yang bernama asli Phang Djoem Phen ini lahir di Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944 ternyata tumbuh di keluarga yang kurang mampu. Bahkan, hanya mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama atau SMP.
Prajogo kemudian datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Meski urung mendapatkan pekerjaan, itu tak membuatnya menyerah dan memutuskan kembali ke Kalimantan dengan bekerja menjadi sopir angkutan umum.
Selama melakoni pekerjaannya menjadi sopir, Prajogo bersosialisasi dengan Bong Sun On yaitu pengusaha kayu dari Malaysia pada 1960. Dia ditarik untuk bergabung bersama Bong Sun On di PT Djajanti Group. Selama tujuh tahun mengabdi, ia naik jabatan menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik.
Dalam perjalanannya, Prajogo Pangestu keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnis perkayuan pada akhir 1970-an. Hingga akhirnya, perusahaannya Barito Pacific Timber mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1993. Namun perusahaan itu berganti nama menjadi PT Barito Pacific Tbk (BRPT) setelah mengurangi bisnis perkayuannya pada tahun 2007.
Bisnis Barito Pacific pun makin berkembang dan mengakuisisi 70% saham perusahaan petrokimia Chandra Asri pada 2007, yang sahamnya juga tercatat di bursa. Pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Adapun, Barito Group kini dijalankan generasi anaknya yaitu Agus Salim Pangestu. Pada Maret 2022, kantor keluarga Pangestu mengambil alih produsen energi panas Star Energy, dengan mengakuisisi 33% saham dari BCPG Thailand seharga US$ 440 juta.
Tak hanya itu, pundi-pundi kekayaan Prajogo makin bertambah usai perusahaannya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mencatatkan saham di BEI.
BREN melantai di BEI pada 9 Oktober 2023 dengan melepas 4,01 miliar saham ke publik atau setara 3% dari jumlah saham beredar. Dengan harga penawaran umum Rp 780 per unit, melalui aksi korporasi itu, Barito Renewables Energy meraih dana segar Rp 3,13 triliun.
Selain itu, CUAN melantai di BEI pada 8 Maret 2023 dengan melepas 1,69 miliar saham baru atau mewakili 15,03% di Rp 220 per saham. Dana yang diraih perseroan dari aksinya ini meraup dana segar Rp 371,8 miliar.
Hingga sesi pertama Kamis (30/5) berakhir, saham BREN terpantau anjlok 9,88% ke level Rp 9.125 dengan volume yang diperdagangkan 276,10 ribu dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 1.220 triliun. Sedangkan saham CUAN terpantau menguat 1,64% ke level Rp 7.725 dengan volume 4,21 juta, nilai transaksi Rp 32,03 miliar dan kapitalisasi pasarnya Rp 86,84 triliun.