Penjualan Batu Bara Merosot, Laba Indo Tambangraya Megah Anjlok 57,9%
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 129,07 juta atau setara Rp 2,04 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.832 per dolar Amerika Serikat (AS).
Laba emiten indeks LQ45 ini merosot 57,95% di semester pertama 2024 dibandingkan periode yang sama 2023 yaitu US$ 306,94 juta. Hal ini seiring dengan penurunan penjualan batu bara.
Melansir dari laporan kinerja perseroan yang diterbitkan pada Selasa (13/8), pendapatan bersih Indo Tambangraya Megah terkikis 19,21% dari US$ 1,29 miliar menjadi US$ 1,04 miliar atau Rp 16,61 triliun.
Pendapatan bersih Indo Tambangraya Megah berasal dari penjualan batu bara US$ 983,67 juta, namun penjualan batu bara ITMG menurun 21,01%. Sedangkan penjualan batu bara ke pihak berelasi masih mencatatkan kenaikan menjadi US$ 52,34 juta dari US$ 51,39 juta.
Beban pokok pendapatan Indo Tambangraya Megah hingga Juni 2024 senilai US$ 774,29 juta dari sebelum US$ 840,94 juta. Biaya penambangan menjadi biang beban pokok pendapatan yang tercatat sebesar US$ 328,96 juta dari sebelum US$ 286,32 juta.
Di sisi lain beban penjualan ITMG tercatat US$ 83,08 juta, membengkak 30,4% dari US$ 63,71 juta. Penyebabnya adalah penanganan dan pemuatan batu bara dan biaya kelebihan waktu berlabuh senilai US$ 30,41 juta, menggelembung 267,62% dari sebelumnya US$ 8,27 juta.
Adapun aset ITMG hingga semester pertama 2024 yakni US$ 2,16 miliar dari US$ 2,18 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Lalu liabilitas ITMG tercatat turun menjadi US$ 384,67 juta dari US$ 399,3 juta. Sementara itu ekuitasnya perseroan turun jadi US$ 2,16 miliar dari US$ 2,18 miliar.
Awal tahun ini, perseroan tengah menjajaki peluang untuk mengakuisisi beberapa perusahaan pertambangan, salah satunya adalah nikel. Direktur ITMG, Yulius Kurniawan Gozali mengatakan rencana perusahaan untuk mengakuisisi masih dalam tahap uji tuntas atau due diligence.
"Ada beberapa (tambang). Di Sulawesi karena banyak sumber. Lalu untuk tembaga di Kalimantan dan Sulawesi, nilai yang diincar (skala) medium to small. Tapi saat ini masih negosiasi," kata Yulius kepada wartawan di Jakarta, Selasa (29/2).