Bos CIMB Niaga Ungkap Alasan Kembali Tunda Peluncuran Paylater
PT Bank CIMB Niaga Tbk menargetkan fitur beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (paylater) akan diluncurkan pada 2024 ini. Terdapat sejumlah pertimbangan bagi perusahaan dengan kode emiten BNGA tersebut saat meluncurkan paylater.
Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Noviady Wahyudi menjelaskan pertimbangan pertama terkait sistem yang dalam pengembangan untuk fitur paylater yang akan diluncurkan nanti.
"Kedua kami melihat timing (peluncuran paylater) dan memang ada prioritas-prioritas yang dijalani terlebih dahulu," kata Noviady ketika ditemui di kawasan Jakarta Pusat, dikutip Jumat (23/8).
Namun demikian, Noviady menyebutkan nasabah dapat menggunakan fasilitas kredit yang sebenarnya hampir mirip dengan fasilitas paylater. Ia menyebut jika nasabah bisa menggunakan CIMB Niaga dan dapat dinikmati dengan cicilan 0% melalui tenor tiga sampai enam bulan.
"Peluncuran paylater dikhususkan untuk yang spesifik ke nasabah tabungan dulu. Tunggu tanggal mainnya," ungkapnya.
Sebagai informasi, CIMB Niaga (BNGA) sebelumnya bakal meluncurkan fitur paylater di aplikasi OCTO Mobile pada rentang Juni-Juli 2024. Namun hingga kini perusahan masih menunggu momen peluncuran paylater karena berbagai pertimbangan.
Waktu peluncuran sebenarnya direncanakan pada April 2024. Saat itu Noviady beralasan jika batalnya peluncuran dipicu libur panjang pada April 2024.
Adapun BNGA membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,4 triliun pada semester I 2024. Perolehan laba emiten koleksi investor kawakan Lo Kheng Hong tersebut naik 5,4% secara tahunan (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp 3,23 triliun.
Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan bunga dan syariah-bersih turun 2,6% menjadi Rp 6,65 triliun pada semester I 2024. Secara rinci, pendapatan bunga CIMB Niaga naik 6,3% menjadi Rp 9,26 triliun pada semester I 2024 dari sebelumnya Rp 8,71 triliun. Kemudian pendapatan syariah naik 12,8% menjadi Rp 2,58 triliun dari sebelumnya Rp 2,29 triliun.