Perhumas Indonesia Jadi Mercusuar Keprofesian Humas di WPRF 2024
Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia telah berkembang bukan hanya sebagai organisasi, tetapi juga menjadi pusat keunggulan atau mercusuar bagi para profesional humas di tanah air. Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhumas, Boy Kelana Soebroto, pada hari ketiga World Public Relations Forum (WPRF) 2024 di Bali.
Menurut Boy, Perhumas terus mendorong praktik kehumasan yang berani, strategis, dan bertanggung jawab. Ia juga menyoroti sejumlah pencapaian penting organisasi, seperti penerbitan buku 50 Tahun Perhumas yang mendokumentasikan perjalanan dan visi organisasi untuk masa depan. Selain itu, indikator Perhumas telah dikembangkan sebagai tolok ukur efektivitas komunikasi dan reputasi lintas sektor.
Pengembangan Hari Humas Indonesia juga dirancang untuk mendapatkan pengakuan formal bagi profesi humas. Tak kalah penting, Boy mengatakan kode etik Perhumas diperbarui untuk menyesuaikan dengan kemajuan kecerdasan buatan (AI) hingga memastikan prinsip-prinsip etika tetap relevan dalam perkembangan teknologi.
“Pencantuman kode etik AI ini menunjukkan kesiapan kami untuk menyambut masa depan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai inti kami,” kata Boy dalam sambutannya di World Public Relations Forum (WPRF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Kamis (21/11).
Selain itu Boy menyampaikan alasan penting di balik peran Perhumas sebagai tuan rumah World Public Relations Forum 2024. Menurutnya, esensi hubungan masyarakat adalah menjembatani perbedaan, membangun kepercayaan, dan menciptakan komunikasi yang menyatukan masyarakat. Dalam konteks keberagaman Indonesia, peran ini menjadi semakin krusial.
Ia menegaskan bahwa keberagaman bukan hanya kekuatan bangsa, tetapi juga kekuatan utama Perhumas. Beragamnya perspektif, budaya, dan ide dalam komunitas profesional humas menjadi pendorong inovasi sekaligus alat untuk mencapai dampak yang signifikan. Namun, kata Boy, keragaman ini harus selalu dilandasi oleh prinsip utama: komunikasi yang bertanggung jawab.
Tak hanya itu, Boy juga menyebut komunikasi yang bertanggung jawab berarti menyampaikan pesan secara jujur, etis, dan berorientasi pada kebaikan bersama. Prinsip ini menjadi landasan Perhumas dalam menghadapi tantangan dan peluang di era global yang terus berkembang.
Sebagai pencapaian besar, Boy juga mengapresiasi kepercayaan dari Global Alliance yang memilih Perhumas sebagai tuan rumah World Public Relations Forum 2024 di Bali.
“Ini bukan hanya sebuah kehormatan bagi Perhumas, tapi juga bukti nyata pengakuan dunia atas kontribusi dan komitmen kita semua sebagai insan humas di Indonesia,” kata Boy.
Boy menyampaikan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras, dedikasi, dan kolaborasi bersama, yang mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam peta komunikasi global. Ia menekankan relevansi tema konferensi WPRF 2024 tahun ini, Purposeful Influence for the Common Good” dengan tantangan masa kini
Di tengah dunia yang semakin kompleks, penuh ketidakpastian, dan terpengaruh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan, kata Boy, humas dituntut tidak hanya untuk beradaptasi tetapi juga bertindak secara bertanggung jawab.
Ia juga menegaskan pentingnya kearifan lokal Indonesia dengan nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan kebhinekaan sebagai dasar dalam praktik komunikasi. Di era globalisasi dan digitalisasi, Boy menekankan perlunya menjaga identitas serta nilai-nilai luhur bangsa, yang dapat menjadi teladan dan acuan berharga bagi komunitas humas di tingkat internasional.
“Kearifan lokal inilah yang akan membedakan kita dan memberikan warna dalam praktik komunikasi global,” pungkasnya.
WPRF berlangsung empat hari dari 19-22 November dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. WPRF menghadirkan total 37 pembicara internasional dan 41 pembicara nasional dalam rangkaian acara yang akan berlangsung selama empat hari. Forum ini juga diikuti oleh perwakilan dari 22 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Arab Saudi, Nigeria, dan Afrika Selatan.