Dana IPO Masih Sisa Rp 9,3 Triliun, Bukalapak Buka Peluang Merger dan Akuisisi

Ringkasan
- Bukalapak mempertimbangkan merger atau akuisisi (M&A) untuk pengembangan bisnis menggunakan sisa dana IPO sebesar Rp 9,33 triliun.
- Dana hasil IPO Bukalapak telah digunakan untuk modal kerja dan investasi entitas anak, namun masih tersisa Rp 8,7 triliun yang mengendap dalam bentuk obligasi.
- Bukalapak berkomitmen menggunakan dana secara bijak dan menghindari investasi berisiko yang dapat menurunkan nilai perusahaan.

PT Bukalapak.com (BUKA) membeberkan perihal peluang merger atau akuisisi (M&A) untuk mengembangkan bisnis perusahaan di masa depan. Hal ini menjadi pertimbangan perusahaan dalam rencana pemanfaatan sisa dana initial public offering (IPO) yang masih mengendap sebesar Rp 9,33 triliun.
Direktur sekaligus CEO BukaFinancial & Commerce Bukalapak, Victor Lesmana, mengatakan dana hasil IPO telah dialokasikan untuk modal kerja perusahaan serta entitas anak perusahaan BUKA. Sisa dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja tambahan, pendanaan entitas anak, pembelian aset, dan investasi.
Terkait aksi korporasi, Victor menambahkan perusahaan membuka peluang akuisisi demi mendukung pengembangan dan investasi perusahaan.
“Apalagi, jika kami melihat atau menilai ada potensi yang positif atau baik untuk perkembangan perusahaan ke depan,” kata Victor dalam paparan publik Bukalapak, yang berlangsung secara virtual, Kamis (16/1).
Berdasarkan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum saham perdana, Bukalapak telah menggunakan Rp 11,99 triliun dari total Rp 21,9 triliun dana IPO. BUKA telah menjadi perusahaan terbuka selama lebih dari tiga tahun di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Victor mengatakan industri saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan, baik di tingkat nasional maupun global, akibat ketidakpastian global dan dinamika politik. Ia mengatakan Bukalapak perlu berhati-hati dalam melihat dan memanfaatkan peluang yang ada.
Menurut Victor, penting untuk memastikan penggunaan dana publik dilakukan secara bijak, menghindari investasi yang berisiko, yang bisa menurunkan nilai perusahaan atau yang memiliki valuasi tidak wajar.
“Kami tetap berkomitmen untuk bisa mencari ruang-ruang yang ada sambil juga menggunakan prinsip kehatian-hatian,” ujar Victor.
Dana Hasil IPO Bukalapak Mengendap di Obligasi
Kurang dari empat tahun setelah Bukalapak memperoleh dana IPO Rp 21,3 triliun, perusahaan belum menggunakan seluruh dana tersebut. Lebih dari sepertiga atau Rp 8,7 triliun dari dana tersebut masih disimpan dalam bentuk surat utang atau obligasi.
Berdasarkan data terakhir Bukalapak yang diterbitkan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan baru menggunakan dana IPO Rp 11,94 triliun dan masih menyimpan sisanya Rp 9,82 triliun per Juni 2024. Mayoritas dari dana yang tersisa atau Rp 8,7 triliun masih mengendap di obligasi.
Menurut data penggunaan dana hasil penawaran umum perdana per Juni 2024, sisa dana hasil IPO ditempatkan pada sejumlah di sejumlah instrumen seperti deposito, obligasi, dan giro.
Sekretaris Perusahaan Cut Fika Lutfi menjelaskan, ada dana yang disimpan di dua akun deposito senilai Rp 883,54 miliar yang mendapatkan bunga 6% hingga 7%. Perusahaan menyimpan deposito di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).
Bukalapak juga terekam menyimpan dana IPO di enam akun giro dengan total dana Rp 33,85 miliar dengan bunga 0-3,25%. Sementara itu, dana IPO yang ditempatkan di surat utang senilai Rp 8,7 triliun terbagi pada 20 seri obligasi dengan imbal hasil dari 4,13% hingga 8,38%. Alhasil, sisa dana penggunaan IPO Bukalapak mencapai Rp 9,82 triliun, dengan total penggunaan Rp 11,49 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 30 September 2024, Bukalapak memiliki dana kas dan setara kas senilai Rp 11,36 triliun. Angka tersebut turun 25,16% dibandingkan dengan posisi Desember 2023 sebesar Rp 15,18 triliun.