Janji Penuhi Hak Karyawan, Bukalapak Rampungkan Restrukturisasi di Kuartal II


PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) berjanji akan memenuhi hak-hak karyawan yang terdampak restrukturisasi setelah perusahaan menutup layanan bisnis marketplace produk fisik. Bukalapak juga menargetkan proses restrukturisasi tersebut akan rampung pada kuartal kedua 2025.
Direktur sekaligus CEO BukaFinancial & Commerce Bukalapak, Victor Lesmana, mengatakan perusahaan telah berkomunikasi dengan para karyawan yang terkena dampak dari penutupan layanan tersebut. Namun, ia tidak mengungkapkan berapa jumlah karyawan yang terkena efisiensi.
“Kami akan memberikan kompensasi sesuai dengan peraturan,” kata Victor dalam paparan publik insidentil yang berlangsung secara virtual, Kamis (16/1).
Tak hanya itu, ia juga menegaskan seluruh hak dan kompensasi karyawan yang terdampak akan dipenuhi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Victor menyatakan proses restrukturasi perusahaan sedang berlangsung.
“Kami harapkan semua prosesnya itu bisa selesai pada kuartal kedua tahun ini," ujar Victor.
Ia juga memastikan keberlanjutan usaha Bukalapak akan terjaga dalam jangka panjang. Di masa depan, perseroan akan fokus pada segmen usaha inti yang lebih efisien untuk menciptakan nilai di seluruh segmen usaha yang tersisa. Terutama, bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham.
Persaingan Bakar Uang di E-commerce
Langkah Bukalapak menutup bisnis marketplace atau e-commerce untuk produk fisik, pada Selasa (7/1) lalu, mendapatkan sorotan banyak pihak. Pengamat ekonomi dan Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menilai keputusan ini mencerminkan ketidakmampuan Bukalapak dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar digital Indonesia.
Hal ini juga menunjukkan strategi bakar uang yang sudah ditinggalkan Bukalapak justru menjadi salah satu strategi bertahan bagi sejumlah e-commerce besar di Indonesia.
“Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengindikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce, dan hampir di semua industri digital, itu bisa menjadi alat bertahan,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, dikutip Minggu (12/1).
Bakar uang adalah istilah populer yang merujuk pada strategi bisnis di mana perusahaan dengan sengaja mengeluarkan dana besar, biasanya lebih banyak dari pendapatannya, untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi ini sering digunakan dalam industri digital, seperti e-commerce, startup teknologi, dan platform berbasis internet. Setelah melaksanakan IPO, Bukalapak tidak lagi menerima pendanaan segar dan lebih berfokus pada pengembangan mitra-mitranya.
“Sayangnya, tanpa inovasi besar dan dukungan dana yang memadai, Bukalapak kesulitan untuk bertahan di tengah persaingan yang semakin sengit,” kata Nailul.
Nailul menilai strategi "bakar uang" masih menjadi kunci untuk menarik konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Diskon, promosi, dan program loyalitas masih menjadi daya tarik utama.
"Tidak bisa dipungkiri, konsumen kita adalah price oriented consumers. Harga menjadi daya tarik utama bagi konsumen dalam berbelanja secara daring,” kata Nailul.