WIKA Beton Manfaatkan Teknologi Remote Sensing Fairatmos untuk Dekarbonisasi


PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) bekerja sama dengan Fairatmos, perusahaan teknologi lingkungan, untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung ekonomi hijau. Lewat kerja sama ini, WIKA Beton akan memanfaatkan teknologi remote sensing dan machine learning Fairatmos untuk menganalisis potensi penyerapan karbon pada lahan perusahaan seluas 26 hektare di Kariangau, Balikpapan Barat, Kalimantan Timur.
Direktur Teknik dan Produksi WIKA Beton, Verly Widiantoro, dan Direktur PT Udara untuk Semua (Fairatmos), Natalia Rialucky Tampubolon, sepakat mengembangkan kerangka kerja berbasis teknologi digital guna mengukur dan mengoptimalkan potensi penyerapan karbon secara akurat.
WIKA Beton akan menyediakan data geospasial dan informasi teknis, serta memberikan akses bagi Fairatmos untuk melakukan pengecekan lahan konsesi. Hasil analisis ini akan menjadi dasar dalam merancang strategi pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Fairatmos akan mengolah data yang diperoleh dari WIKA Beton dengan aplikasi berbasis teknologi digital AtmosCheck. Analisis ini mencakup analisis kelayakan area, estimasi potensi karbon, serta potensi pendapatan tahunan dengan menggunakan metodologi yang direkomendasikan.
Verly mengatakan kerja sama dengan Fairatmos ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk menciptakan industri yang lebih hijau dan berkelanjutan.
"Inisiatif ini adalah bagian dari inovasi WIKA Beton dalam industri hijau. Dengan kolaborasi ini, kami memastikan perusahaan berkontribusi aktif dalam upaya dekarbonisasi, baik di tingkat nasional maupun global," ujar Verly dalam keterangan resmi, Jumat (31/1).
Natalia menambahkan kerja sama ini akan menjadi model bagi sektor konstruksi dalam menerapkan dekarbonisasi berbasis sains dan teknologi. "Dengan data yang akurat, kami dapat mengembangkan solusi yang lebih efektif untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung target net zero emissions pada 2050," ujar Natalia.