Strategi Unilever (UNVR) Dongkrak Kinerja Jelang Ramadan dan Lebaran 2025

Ringkasan
- Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, telah menyelesaikan Revisi Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) dan sedang meminta persetujuan DPR untuk pengesahannya, didorong oleh percepatan kemajuan teknologi dan diversifikasi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang meningkatkan potensinya dalam bauran energi primer nasional.
- Revisi RPP KEN bertujuan untuk memperkuat kontribusi sektor energi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca serta mencapai tujuan net zero emission pada tahun 2060, dengan mengarah pada kebijakan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, terpadu, efisien, produktif, dan berwawasan lingkungan.
- Rencana ini mencakup optimasi penggunaan EBT untuk mendukung dekarbonisasi dengan target mencapai 23% EBT dalam bauran energi primer pada 2025, 31% pada 2050, dan 70% sampai 72% pada 2060, sebagai langkah mencapai puncak emisi pada 2035 dan net zero emission pada 2060.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menguraikan strategi demi mendongkrak kinerja perusahaan jelang momen ramadan dan Idul Fitri 2025. Corporate Secretary Unilever Indonesia, Padwestiana Kristianti, optimistis pertumbuhan kinerja perusahaan tahun ini akan lebih baik.
Pada 2024 UNVR membukukan laba sebesar Rp 3,36 triliun. Jumlah ini turun 29,8% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp 4,8 triliun. Penurunan laba perusahaan ini dipengaruhi tergerusnya penjualan bersih produk-produk konsumen (consumer goods). Selain itu Unilever menggenjot investasi yang diperlukan dalam transformasi perusahaan.
Padwestiana menjelaskan bahwa menjelang ramadan Unilever Indonesia selalu memastikan ketersediaan produk di pasar. Ia mengaku Ramadan selalu memiliki pola permintaan yang khas sehingga Unilever memastikan distribusi berjalan lancar.
Hal tersebut juga termasuk memperhitungkan waktu pengiriman sebelum periode tersebut agar produk tetap tersedia bagi konsumen. “Jadi memang itu salah satu strategi bagaimana fulfilment Unilever bisa berjalan dengan baik, agar tidak ada kekosongan selama periode Ramadan,” kata Padwestiana ketika ditemui usai acara The Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata di Jakarta, Selasa (18/2).
Terkait target penjualan selama ramadan, Padwestiana mengatakan bahwa secara tren penjualan produk tertentu dari Unilever Indonesia cenderung meningkat. Ia menyebut produk di kategori makanan dan minuman biasanya melonjak karena masyarakat lebih sering memasak dan mengadakan acara buka bersama.
Sementara itu, untuk kategori personal care dan beauty, permintaan cenderung lebih stabil dibandingkan produk makanan dan minuman. “Karena kan memang orang juga jadinya mandi lebih sering gitu ya atau misalnya keramas lebih sering,” ucapnya.
Sebelumnya Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyatakan sepanjang 2024 perusahaan telah mengambil langkah strategis untuk menangani berbagai tantangan utama seoptimal mungkin. Meskipun langkah-langkah ini mempengaruhi kinerja dalam jangka pendek, ia mengatakan Unilever berhasil memperkuat fundamental bisnis.
“Kami mulai melihat progres dan kami percaya upaya-upaya ini akan membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Benjie dalam keterangan resmi, Kamis (13/2).
Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan bersih UNVR turun 9% menjadi Rp 35,13 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar Rp 38,61 triliun. Secara rinci, dari dalam negeri, penjualan dari segmen home and personal care turun 12,4% menjadi Rp 21,62 triliun hingga Desember 2024 dari Rp 24,30 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian produk makan dan minuman juga turun menjadi Rp 12,52 triliun. Dari sisi penjualan ekspor, untuk home and personal care turun menjadi Rp 799,26 miliar. Lalu penjualan ekspor makanan dan minuman Rp 190,67 miliar.
Manajemen Unilever mengatakan penjualan domestik terkoreksi sebesar 8,7% dari tahun ke tahun karena Pertumbuhan Harga Dasar (Underlying Price Growth/UPG) yang negatif sebesar -3,6%. Selain itu, Pertumbuhan Volume Dasar (Underlying Volume Growth/UVG) yang negatif sebesar 5,2%.
Kemudian marjin laba kotor sebesar 47,6%, terkoreksi sebesar 213 bps dibandingkan tahun sebelumnya sebagai dampak dari biaya transformasi dan pengurangan stok pelanggan. Lalu pangsa pasar mengalami perbaikan sepanjang 2024 dibandingkan dengan titik terendah pada Desember 2023, meskipun masih berada di bawah level YTD Oktober 2023.
Jika melihat dari sisi neraca, total aset Unilever hingga Desember 2024 tercatat sebesar Rp 16,04 triliun, turun dari sebelumnya Rp 16,66 triliun pada akhir Desember 2023. Kemudian, ekuitas perusahaan turun menjadi Rp 2,14 triliun dari sebelumnya mencatatkan Rp 3,38 triliun pada Desember 2023.
Sedangkan liabilitas UNVR naik menjadi Rp 13,89 triliun dari sebelumnya Rp 13,28 triliun. Benjie menyatakan prioritas utama perusahaan saat ini mencakup fokus pada area bisnis dengan potensi tinggi, penyelarasan organisasi seiring membangun talenta yang unggul, serta memperkuat keunggulan merek.
Selain itu, Unilever Indonesia terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional. Dengan strategi yang terimplementasi secara optimal dan hasil yang terukur, lanjut Benjie, perusahaan yakin dapat optimal jangka panjang.