Gerak Saham Crazy Rich Toto Sugiri (DCII) dan Kans Stock Split, Intip Riwayatnya

Ringkasan
- Saham DCII milik Otto Toto Sugiri melonjak 19,97% ke Rp 80.650 per 21 Februari, menjadikan saham termahal di BEI akibat harga yang sangat tinggi dan kurang likuid.
- CEO DCII berencana melakukan stock split untuk meningkatkan likuiditas dan menciptakan harga saham yang lebih menarik bagi investor, terutama ritel.
- Saham DCII pernah mengalami kenaikan tajam sejak melantai di BEI pada 2021, sempat disetop perdagangannya pada 2021 karena kenaikan harga tidak wajar, namun terus menunjukkan tren kenaikan.

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) milik konglomerat Otto Toto Sugiri menggeliat di Bursa Efek Indonesia. Merujuk data perdagangan di Bursa Efek Indonesia, hingga pukul 14.00 WIB saham DCII melesat 19,97% atau 13.425 poin ke Rp 80.650 dan menyentuh batas level atas atau ARA.
Dalam lima hari terakhir harga saham DCII sudah naik 71%. Pada perdagangan Senin (17/2) harga saham DCII stagnan di Rp 47.000 dan berlanjut hingga Selasa (18/2). Pergerakan saham baru terjadi setelah muncul kabar stock split atau pemecahan saham.
Kenaikan ini menjadikan saham DCI Indonesia sebagai saham termahal di pasar modal Indonesia. BEI pun memberikan notifikasi atas gerak tak biasa saham DCII dengan menyematkan status unusual market activity atau UMA pada perdagangan Jumat (21/2).
Manajemen DCI Indonesia belum memberikan penjelasan atas notifikasi khusus dari BEI ini. Namun sebelumnya, CEO PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Otto Toto Sugiri menjelaskan soal peluang stock pemecahan saham perusahaan atau stock split di Bursa Efek Indonesia.
Pernyataan itu berkaitan dengan harga saham perusahaan yang sangat tinggi sehingga tidak likuid. "Sedang kami jajaki (untuk stock split saham)," kata Otto merespons rencana aksi korporasi perusahaan saat ditemui di sela-sela acara IDE Katadata 2025, Selasa (18/2).
Pada saat yang sama Otto menyampaikan tantangan DCI Indonesia saat ini adanya banyak pesaing. Ia menyebutkan di tengah perkembangan teknologi, ada sejumlah pemain data center besar.
Otto juga menyebut belum ada rencana untuk menggaet perusahaan lokal maupun global. "Kami mau mandiri saja, tidak ada rencana ya," tuturnya.
DCI merupakan penyedia pusat data terkemuka di Indonesia. DCII merupakan perusahaan teknologi yang juga dimiliki konglomerat Tanah Air Anthoni Salim dengan kepemilikan 11,12%. Salim masuk ke DCII pada 2021 usai memborong 265 juta saham.
Adapun pengendali perusahaan Toto dengan kepemilikan 29,9% saham, Marina Budiman 22,51% dan Han Arming Hanafia dengan kepemilikan 14,11% saham. Saham lainnya dipegang masyarakat dengan rincian 18,55% berupa non warkat dan 3,81% berupa warkat.
Menanggapi soal kemungkinan stock split, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta menjelaskan DCI terus mengalami tren kenaikan harga. Hal ini membuat price to earning (PE) atau rasio harga pendapatan dan price to book value (PBV) alias rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan sudah sangat premium. Selain itu tentunya melebihi dari rata-rata industrinya.
"Jadi memang pertimbangan untuk melaksanakan stock split itu juga harus dilakukan untuk meningkatkan likuiditas sahamnya," kata Nafan, Jumat (21/2).
Nafan menilai pemecahan saham ini juga bisa menciptakan harga saham yang menarik untuk para pelaku investor khususnya investor retail.
Riwayat Stock Split Saham DCII di BEI
Saham DCII melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Januari 2021 dengan harga penawaran saham Rp 420 per saham dengan dana terkumpul Rp 150,17 miliar. Pada hari pertama perdagangan, saham DCII disambut status auto rejection atas (ARA). Sebab harga saham DCII melesat 25% dan menutup harga di level Rp 525 per saham saat itu.
Katadata.co.id mencatat pergerakan saham DCII yang melonjak tajam. Pada 11 Januari 2021, harganya menembus Rp 1.015 per saham. Dalam sebulan pada saat itu, harga DCII naik lebih dari 24 kali lipat menjadi Rp10.200 per 9 Februari 2021. Harga DCII mulai menanjak tajam pada bulan Juni 2021.
Pada akhir semester pertama 2021, harga DCII menembus level Rp 23.750 pada 4 Juni 2021. Hanya dalam 10 hari, harga DCII menyentuh level Rp50.250 pada 14 Juni 2021. Hanya lewat dua hari, harga DCII hampir menembus level Rp 59.000 per saham pada 16 Juni 2021.
Perdagangan DCII dihentikan pada 16 Juni 2021 karena peningkatan harga yang tidak wajar per 16 Juni 2021 hingga 10 Agustus 2021. Alhasil, harga DCII turun ke posisi 35.550 pada 23 Agustus 2021 sebelum akhirnya kembali naik ke level 50.675.
Pada 7 September 2021, harga DCII kembali susut ke titik posisi Rp 40.400 per saham. Namun demikian, harga DCII tidak pernah turun ke bawah level 40.000 lagi pada kuartal IV-2021. Dalam perhitungan tahun berjalan saat itu, harga saham DCII tercatat melesat 10.852% dari harga penawaran ke posisi Rp 46.000 per saham. Market cap DCII kini mencapai Rp 109,6 triliun.
Dalam riset Bloomberg saat itu menyebut jika pertumbuhan harga DCII merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan IHSG secara perhitungan tahun berjalan sebesar 12% ke level 6.688.