Rosan Sebut Danantara Konsolidasikan Semua BUMN Bukan Cuma 7, INA Tak Termasuk


Menteri Investasi dan Hilirisasi yang kini ditunjuk menjadi Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara Rosan Roeslani mengatakan seluruh Badan Usaha Milik Negara akan bergabung dalam Danantara. Hal ini berbeda dengan rencana awal yang menyebutkan untuk tahap pertama Danantara akan mengkonsolidasikan BUMN tertentu saja dalam Danantara.
“Bukan hanya 7 BUMN, dan memang coba kami tingkatkan. Memang ada stage-nya yang kami akan konsolidasikan semua aset ini supaya create the value, salah satu pesannya agar menjadi global champion,” ujar Rosan usai peluncuran Danantara di Istana Merdeka, Senin (24/2).
Menurut Rosan, pada saat peluncuran Danantara, Presiden Prabowo Subianto telah menyampaikan cita-cita pendirian Danantara untuk menjadi perusahaan investasi milik negara yang berkibar di dunia internasional. Meski begitu, ia mengatakan hal utama yang ingin dicapai adalah penciptaan lapangan pekerjaan.
“Ini pesan beliau itu yang paling penting ya. Dan seluruh BUMN dan serta anak-anak perusahaan ini yang kita akan lihat, kita akan kaji,” ujar Rosan lagi.
Semula Danantara pada tahap awal diproyeksi hanya akan mengelola 7 BUMN ditambah dengan Indonesia Investment Authority atau INA. 7 BUMN itu adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan Mining Industry Indonesia atau MIND ID yang beranggotakan PT ANTAM Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT INALUM, dan PT Timah Tbk (TINS).
Rosan mengatakan konsolidasi Danantara ini tidak akan melibatkan INA seperti yang sebelumnya sempat digagas. Adapun INA saat ini memiliki aset portofolio hingga Rp 163 triliun. “Iya (INA tidak termasuk),” ujar Rosan.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Kepala Holding Operasional Danantara Dony Oskaria. Ia mengatakan pada pelaksanaannya nanti, seluruh BUMN akan konsolidasi dalam Danantara. “Jadi bukan hanya 7, seluruhnya,” ujar Dony.
Dengan rencana baru ini, Danantara bakal menjadi perusahaan yang lebih kompleks dengan mengkonsolidasikan seluruh perusahaan pelat merah termasuk BUMN Pangan da BUMN Aviasi.
Ia pun mengatakan, setelah konsolidasi selesai maka manajemen seluruh BUMN akan dikendalikan oleh Danantara. Ia bersama petinggi Danantara lainnya menjadwalkan proses konsolidasi selesai dalam waktu dekat.
“Sebelum RUPS sudah harus pindah ke Danantara,” ujar Donny. Adapun RUPS BUMN menurut Dony akan digelar pada Maret 2025.
Danantara Ditarget Jadi SWF Besar Dunia
Setelah peluncuran, Danantara diproyeksi akan menjadi salah satu pengelola investasi besar dunia. The Financial Times Stock Exchange Russel atau FTSE menyampaikan BP Danantara berpotensi melampaui GIC atau Government of Singapore Investment Corporation.
Hal itu akan terjadi bila dalam pelaksanaanya, Danantara bisa berkembang dengan cepat. GIC adalah salah satu dari tiga entitas investasi utama di Singapura yang mengelola dana kekayaan negara dan cadangan devisa yang didirikan pada 1981. Dua entitas investasi lainnya yakni Temasek Holdings (Private) Limited dan Otoritas Moneter Singapura atau MAS.
Policy Director FTSE Russell Wanming Du mengatakan jika estimasi dana yang disiapkan untuk Danantara terwujud, badan anyar itu diproyeksi akan menduduki peringkat ketujuh di dunia dengan nilai kelolaan US$ 900 miliar atau assets under management (AUM). Namun demikian Wanming Du menegaskan masih menunggu rincian yang sesungguhnya terkait struktur dan aset yang akan dikelola.
Ia juga mengatakan keberadaan Danantara diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pasar investasi Indonesia. Adapun Prabowo sebelumnya menyampaikan Danantara akan mengelola sekitar US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14.616 triliun aset dalam pengelolaan (AUM).
"Dengan nilai kelolaan aset yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 900 miliar, Danantara berpotensi menjadi salah satu dana kekayaan berdaulat terbesar di dunia, bahkan bisa melampaui GIC milik pemerintah Singapura." kata Wanming Du dalam diskusi di Jakarta Kamis (20/2).
Dengan peluncuran Danantara, FTSE optimistis Indonesia akan semakin memperkuat posisi investasi di pasar global dan meningkatkan daya tarik untuk investor domestik serta asing. Saat ini SWF terbesar ada di Norwegia melalui Norges bank Investment Management dengan aset kelolaan US$ 1.800 miliar diikuti Cina Investment Corporation dengan kelolaan US$ 1.322 miliar.
Ada pula UAE-Abu Dhabi lewat Abu Dhabi Investment Authority dengan dana kelolaan US$ 993 miliar dan Saudi Arabia melalui Public Investment Fund dengan kelolaan US$ 978 miliar. Sementara GIC Singapura memiliki kelolaan US$ 847 miliar.